
Kode Broker Hilang, 'No Problemo'! IHSG Tetap Menghijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona penguatan pada perdagangan Senin (6/12/2021), di mana investor cenderung mengabaikan sentimen regulasi dari bursa yang menghapus kode broker di running trade mulai hari ini.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,13% ke level 6.547,116. Namun, jelang detik-detik penutupan perdagangan hari ini, penguatan IHSG cenderung terpangkas. Padahal, IHSG bisa saja ditutup di level 6.575,06 pada hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali meningkat menjadi Rp 12,6 triliun. Sebanyak 214 saham menguat, 301 saham melemah dan 151 lainnya stagnan. Investor Asing tercatat kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 184 triliun di pasar reguler.
Investor asing melakukan penjualan bersih di saham PT Astra International Tbk (ASII) hingga mencapai Rp 116 miliar. Selain di saham ASII, asing juga melepas saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 66 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, saham ASII ditutup merosot 1,74% ke level harga Rp 5.650/unit, sedangkan saham BBRI berakhir terkoreksi 1,44% ke level harga Rp 4.110/unit.
Sementara pembelian bersih dilakukan asing di saham yang baru saja melantai di bursa pada akhir November lalu, yakni saham PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) alias Cimory sebesar Rp 141 miliar dan di saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebesar Rp 51 miliar.
Saham CMRY ditutup meroket 10,71% ke level harga Rp 3.410/unit, sedangkan saham ARTO berakhir melesat 0,98% ke level Rp 15.400/unit.
Sentimen untuk perdagangan hari ini datang baik dari dalam negeri maupun dari luar. Dari luar negeri sejatinya tekanan terhadap bursa domestik datang dari perkembangan pasar keuangan global dan varian virus corona (Covid-19) Omicron.
Terkait dengan perkembangan Covid-19 varian Omicron, pada hari ini masih menjadi momok paling menakutkan bagi pasar keuangan dunia, termasuk di Indonesia. Apalagi, kasus infeksi akibat Omicron juga sudah ditemukan di wilayah Asia Tenggara.
Kemudian dari dalam negeri, sentimen datang dari regulasi yang diterapkan oleh bursa. Mulai perdagangan hari ini, Senin (6/12/2021) akan ada beberapa perubahan pada mekanisme perdagangan saham di bursa lokal. Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembaharuan dengan menambahkan beberapa fitur sepanjang perdagangan berlangsung.
Beberapa fitur tersebut antara lain pengaturan mekanisme perdagangan saat pre-opening dan pre-closing yakni dengan menambahkan fitur Indicative Equilibrium Price (IEP), Indicative Equilibrium Volume (IEV) dan yang menarik adalah aturan random closing.
Aturan tersebut ditujukan guna mendorong pembentukan harga yang lebih wajar dan meminimalisir adanya kemungkinan aksi cornering jelang penutupan yang sering terjadi di bursa domestik.
Selain itu, mulai hari ini, saat perdagangan berlangsung, bursa juga menghapus kode broker pada running trade. Alhasil, investor tidak bisa melihat siapa saja anggota bursa (AB) yang mentransaksikan saham apa. Ke depan bahkan domisili investor juga.
Tetapi, dampak yang ditimbulkan dari penutupan kode broker ini tidak terlalu besar pada pasar dalam negeri. Hal ini dibuktikan bahwa pada akhir perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap berhasil menguat, meskipun penguatannya cenderung terpangkas.
Bahkan dari nilai transaksi IHSG hari ini pun tidak berkurang dan kembali bertambah walaupun cenderung sedikit.
Co-Founder Komunitas Investor Saham Pemula (ISP), Frisca Devi Choirina menilai bahwa investor jangka panjang tidak terpengaruh pada penutupan kode broker ini.
Hal yang sama sebenarnya juga sudah menjadi best practise di pasar global sehingga perdagangan berlangsung normal kendati penutupan kode broker di running trade dilakukan.
"Kalau terkait penghapusan kode broker ini sebenarnya tidak berdampak ke para investor jangka panjang. Intinya mau ada atau tidak ya benar-benar gak ngefek. Kecuali buat trader di Indonesia baru mungkin berefek karena mereka terbiasa membaca pergerakan market maker dari kode itu," kata Frisca.
"Artinya ya memang kode broker sebenernya tidak begitu berdampak signifikan di market, yang pakai kan cuma ritel-ritel saja," tambah Frisca.
Head of Equity Research BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin juga mengatakan bahwa penutupan kode broker ini akan berdampak positif pada market. Mengingat tak banyak investor yang bergantung pada kode broker saat melakukan transaksi.
"Kalau saya lihat penutupan kode broker overall akan berpengaruh positif untuk market karena hanya sebagian kecil investor saja yang relying on kode broker untuk investasi mereka," kata Kim kepada CNBC Indonesia, Senin (6/12/2021).
Sejalan dengan itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengungkapkan di manajer investasi transaksi juga tidak bergantung pada arus beli dari satu broker. Namun lebih menekankan pada fundamental dari tiap-tiap emiten.
"Penutupan tersebut mungkin berdampak untuk investor yang menggunakan analisa bandarmologi atau sejenisnya yang membutuhkan informasi kode broker," ungkap dia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
