Omicron Bikin Dolar Singapura Makin Mahal, Tembus Rp 10.550

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 06/12/2021 10:50 WIB
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Senin (6/12), hingga mencapai level tertinggi dalam lebih dari 3 pekan terakhir. Penyebaran virus corona varian Omicron membuat dolar Singapura nyaris mencapai RP 10.550/SG$.

Pada pukul 10:21 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.544,11 dolar Singapura menguat 0,52% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 11 November lalu.

Penyebaran virus Omicron menjadi pemicu terpuruknya rupiah. Hal tersebut terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters, yang menunjukkan pelaku pasar kini berbalik mengambil posisi jual (short) rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, sebelumnya mengambil posisi beli (long).


Berbalik arahnya posisi pelaku pasar tersebut menunjukkan sentimen terhadap rupiah pun berbalik. Melawan dolar AS, rupiah sudah tak pernah menguat dalam 11 hari, sementara melawan dolar Singapura meski mampu menguat beberapa kali, tetapi masih dalam tren pelemahan.

Indonesia memang sudah sukses meredam penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19).

Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona bertambah 196 orang dalam sehari. Ini adalah kasus harian terendah sejak 6 April tahun lalu.

Dalam sepekan terakhir, rata-rata kasus positif bertambah 250 orang dalam sehari. Turun dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yaitu 361 orang per hari.

Dengan pasien sembuh yang juga terus bertambah, kasus aktif corona di Tanah Air kian menurun. Per 5 Desember 2021, jumlah kasus aktif corona tercatat 7.526 orang, terendah sejak 29 April 2020.

Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik secara mandiri maupun di fasilitas kesehatan. So, kasus aktif menggambarkan situasi pandemi yang sesungguhnya di lapangan.

Meski demikian, bukan berarti "perang" sudah selesai. Ancaman baru datang dari Omicron yang dikatakan lebih mudah menyebar ketimbang varian delta.

Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia rentan terkena lonjakan kasus lagi dari varian Omicron.

Penyebaran Omicron menjadi salah satu pemicu capital outflow dari pasar keuangan Indonesia. Bank Indonesia (BI) pada periode 29 November hingga 2 Desember mencatat non-residen di pasar keuangan Tanah Air jual neto Rp 12,5 triliun yang terdiri dari net sell di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 9,82 triliun dan net sell di saham Rp 2,68 triliun.

Outflow tersebut membuat rupiah kesulitan menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor