Alamak Jang! 11 Hari Saham Bukalapak di Zona Merah

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
06 December 2021 10:01
Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Bukalapak (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) langsung melorot ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Senin (6/12/2021), di tengah aksi lego oleh investor asing.

Indeks sektor teknologi (IDXTECHNO) juga memimpin pelemahan indeks sektoral pagi ini, yakni hingga minus 1,46%.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.48 WIB, saham BUKA merosot tajam 5,71% ke Rp 462/saham. Harga ini terendah sejak saham BUKA melantai di bursa pada 6 Agustus 2021. Dengan ini, saham BUKA sudah terbenam di zona merah selama 11 hari beruntun. Sebagai ilustrasi, apabila seorang investor menggenggam saham BUKA pada 19 November 2021 di harga Rp 715/saham, investor tersebut akan merugi hingga 35,38% pagi ini.

Alhasil, dalam sepekan saham BUKA ambles 19,30%, sedangkan dalam sebulan anjlok 31,85%.

Nilai transaksi saham BUKA tercatat sebesar Rp 105,97 miliar, salah satu yang terbesar pagi ini. Sementara, investor asing melakukan jual bersih Rp 1,83 miliar di pasar reguler.

Nilai kapitalisasi pasar saham BUKA tercatat sebesar Rp 47,41 triliun.

Bukalapak sendiri masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,12 triliun pada periode September 2021.

Kerugian bersih tersebut membaik dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,39 triliun.

Mengacu laporan keuangan perusahaan sampai dengan sembilan bulan pertama ini, Bukalapak tercatat membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,34 triliun, naik 42,09% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 948,43 miliar.

Rinciannya, pendapatan itu bersumber dari pendapatan marketplace yang naik menjadi Rp 780,41 miliar dari periode sama tahun lalu Rp 742 miliar.

Pendapatan mitra naik menjadi Rp 496,70 miliar dari sebelumnya Rp 117,47 miliar. Sedangkan, BukaPengadaan memberi andil terhadap pendapatan perseroan senilai Rp 70,56 miliar, turun dari Rp 88,95 miliar.

Dari sisi Total Processing Value (TPV) sampai dengan September ini tumbuh 45% menjadi Rp 87,9 triliun. TPV ini juga naik dari posisi kuartal ketiga yang tercatat naik 51% menjadi Rp 31,2 triliun.

Pertumbuhan TPV Perseroan didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 25% dan kenaikan sebesar 21% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang 9 bulan pertama di 2020 sampai dengan September 2021.

Sebanyak 73% TPV perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat.

Sementara itu, Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan perseroan; di mana TPV Mitra pada September naik 179% menjadi Rp 40 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. ATV Mitra pada September 2021 tumbuh sebesar 63% dibandingkan periode yang sama tahun 2020.

Hal ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra. Pada akhir September 2021, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 10,4 juta, meningkat dari 6,9 juta pada akhir Desember 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BUKA ARB, Sentuh All Time Low Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular