
IHSG Bakal Fluktuatif Lagi, Waspada Jeblok ke Bawah 6.500

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dalam dua pekan beruntun, menjauhi rekor tertinggi sepanjang masa 6.754,464 yang dicapai 22 November lalu. IHSG tercatat melemah 0,35% sepanjang pekan lalu ke 6.538,506. Bursa kebanggaan Tanah Air ini bergerak fluktuatif, sempat melesat 1,3% tetapi kemudian merosot hingga 1,2%.
Dalam 5 hari perdagangan IHSG mampu menguat sebanyak dua kali. Sementara di awal pekan ini, Senin (6/12), IHSG berisiko mengalami fluktuasi lagi, sebab pelaku pasar masih melihat bagaimana dampak dari virus corona Omicron, serta bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berpeluang mempercepat normalisasi kebijakan moneternya.
Pada Jumat pekan lalu, (non-farm payroll/NFP) hanya sebanyak 210.000 orang di bulan November, sangat jauh di bawah ekspektasi Dow Jones sebesar 573.000 orang.
Data NFP tersebut mengalami pelambatan yang signifikan jika dibandingkan bulan sebelumnya 546.000 orang.
Meski demikian, tingkat pengangguran turun menjadi 4,2% dari sebelumnya 4,6%, bahkan saat angkatan kerja bertambah. Kemudian dalam 12 bulan terakhir, rata-rata upah per jam naik 4,8%.
Data tersebut dikatakan cukup bagi bank sentral AS (The Fed) untuk mempercepat tapering, serta menaikkan suku bunga lebih awal.
The Fed akan mengumumkan kebijakannya pekan depan, sehingga pasar saham global masih akan volatil di pekan ini.
Secara teknikal, IHGS yang berfluktuasi dan cenderung menurun merupakan efek dari duet pola Doji dan Shooting star. IHSG pun jeblok sejak Jumat (26/11), dan hanya menguat di awal pekan ini.
Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
![]() Foto: Refinitiv |
Penurunan IHSG pada pekan lalu selalu tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.
MA 50 kini berada di kisaran 6.530 hingga 6.540, jika ditembus lagi ada risiko bursa kebanggaan Tanah Air akan kembali merosot ke 6.500, sebelum menuju 6.470.
Sementara itu IHSG berpeluang rebound selama bertahan di atas MA 50 IHSG memiliki peluang menguat ke 6.600, sebelum menuju 6.630.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000