Analisis

Sudah 11 Hari Tak Menguat, Tren Buruk Rupiah Bakal Berlanjut?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 December 2021 07:20
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang terpuruk melawan dolar Amerika Serikat (AS). Hingga Jumat pekan lalu IHSG tidak pernah menguat dalam 11 hari perdagangan terakhir. Rinciannya, melemah 9 kali, stagnan 2 kali.

Sepanjang pekan lalu rupiah mencatat pelemahan 0,66% ke Rp 14.395/US$, dan berada di level terlemah dalam 14 minggu terakhir. Sementara dalam 11 hari tak pernah menguat, rupiah merosot 1,2%.

Setidaknya ada dua hal yang bakal memberatkan rupiah, kemungkinan bank sentral AS (The Fed) lebih agresif dalam menormalisasi kebijakannya serta virus corona varian Omicron.

Hal tersebut memicu capital outflow yang besar, sehingga rupiah kesulitan untuk menguat. Bank Indonesia (BI) mencatat non-residen di pasar keuangan Tanah Air jual neto Rp 12,5 triliun yang terdiri dari net sell di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 9,82 triliun dan net sell di saham Rp 2,68 triliun.

Kedua faktor tersebut juga masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini. The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada 15 Desember (Kamis 16 Desember dini hari waktu Indonesia). Sebelum adanya kepastian The Fed akan mempercepat tapering serta menaikkan suku bunga lebih awal, rupiah masih akan berfluktuasi melawan dolar AS.

Virus corona Omicron juga menambah ketidakpastian yang menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, sebelumnya memperingatkan akan adanya risiko pelambatan ekonomi akibat penyebaran Omicron.

Hal senada juga diungkapkan bos Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva.

"Varian baru yang mungkin menyebar sangat cepat dapat merusak kepercayaan dan kemungkinan terjadi beberapa penurunan proyeksi pertumbuhan global," katanya dikutip dari Reuters, Minggu (5/12/2021).

Meski demikian, bukan berarti rupiah tidak punya peluang menguat di pekan ini. Jika ada kabar baik dan membuat sentimen pelaku pasar pulih, rupiah tentunya akan mampu menguat. Apalagi jika melihat sudah 11 hari tanpa penguatan.

Salah satu kabar baik datang dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO mengatakan Covid-19 varian baru omicron dapat menjadi varian dominan yang menginfeksi dunia karena sangat mudah menular. Meski begitu vaksin yang berbeda mungkin tak diperlukan untuk melawan Omicron.

Swaminathan menambahkan terlalu dini untuk mengatakan apakah omicron lebih ringan daripada varian lainnya, meski sejauh ini telah dikaitkan dengan gejala yang kurang parah atau tanpa gejala sama sekali.

Jika dilihat secara teknikal, tekanan bagi rupiah cukup besar setelah bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50), MA 100, dan MA 200.

Selain itu, rupiah juga membentuk pola Inverse Head and Shoulders yang menjadi sinyal kenaikan suatu aset. Dalam hal ini USD/IDR bergerak naik yang artinya rupiah mengalami pelemahan.

Puncak bawah Inverse Head and Shoulders berada di Rp 14.020/US$ sementara Neckline berada di kisaran Rp 14.330/US$. Artinya ada jarak sebesar 290 poin.

Ketika Neckline ditembus (break out), maka rupiah berpeluang melemah sebesar jarak tersebut. Maka selama rupiah tertahan di atas Rp 14.330/US$, ada risiko melemah 290 poin ke Rp 14.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Rupiah bisa lepas dari pola ini dan berbalik menguat di Desember jika mampu kembali ke bawah Rp 14.320/US$, dan bertahan di bawahnya.

Sementara pekan ini, ada peluang rupiah menguat melihat indikator Stochastic yang sudah berada di wilayah jenuh beli (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.350/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang penguatan ke Rp 14.320/US$ yang menjadi support kuat.

Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.420/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.500/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular