Analisis Teknikal

Biden Tegaskan Tak Akan Lockdown, IHSG Bisa Menguat Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 December 2021 06:50
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG, Senin (22/11/2021) (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia/ IHSG (CNBC Indonesia/Muhammad sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses melesat 1,17% ke 6.583,820 kemarin, setelah sempat turun 0,35%. Pergerakan tersebut berbanding terbalik dengan dua hari sebelumnya, di mana IHSG melesat di awal perdagangan, sebelum berbalik melemah. Pergerakan fluktuatif tersebut bisa terjadi lagi pada perdagangan Jumat (3/12), jika melihat pergerakan bursa saham Eropa dan Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis waktu setempat. 

Bursa saham Eropa rontok, indeks DAX Jerman, CAC Prancis, dan FTSE MIB Italia semua merosot setidaknya 1,2%. FTSE 100 Inggris "hanya" melemah 0,55%. Sebaliknya, bursa saham AS (Wall Street) justru rebound tajam. Indeks Dow Jones melesat 1,8%, disusul S&P 500 1,4%, dan Nasdaq 0,8%. 

Penguatan Wall Street tersebut terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden, menegaskan tidak akan melakukan lockdown meski sudah ada 2 kasus positif corona Omicron di Negeri Paman Sam. 

Namun, sentimen pelaku pasar belum sepenuhnya bagus yang bisa membuat pasar saham Asia berfluktuasi hari ini. 

Secara teknikal, meski berhasil menguat kemarin tetapi IHSG masih berfluktuasi, dan masih belum lepas dari tekanan turun. Hal tersebut terjadi karena efek dari duet pola Doji dan Shooting star. IHSG pun jeblok sejak Jumat (26/11), dan hanya menguat di awal pekan ini.

Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.

Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

jkseGrafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Penurunan IHSG pekan ini masih tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.

MA 50 kini berada di kisaran 6.530, jika ditembus lagi, ada risiko bursa kebanggaan Tanah Air akan kembali merosot ke 6.500, sebelum menuju 6.470.

Sementara itu IHSG berpeluang rebound selama bertahan di atas MA 50. Apalagi melihat indikator stochastic pada grafik harian yang baru beranjak dari wilayah jenuh jual (oversold), sementara pada grafik 1 jam belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Selama bertahan di atas 6.530, IHSG memiliki peluang menguat ke 6.600, sebelum menuju 6.630.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular