Gak Takut Omicron Lagi! IHSG Terbang 1% Sukses Balas Dendam
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan hari ini Kamis (2/12/2021) dengan penguatan sebesar 1,17% ke level 6.583,82.
Penguatan saham-saham perbankan kakap dengan kapitalisasi pasar besar menjadi penopang utama naiknya IHSG.
Saat IHSG menguat, tercatat ada 291 saham naik, 231 turun dan 139 stagnan. Nilai transaksi menyentuh Rp 12,74 triliun. Namun asing net buy tipis sebesar Rp 81,98 miliar di pasar reguler.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi dua saham yang paling diborong asing dengan net buy masing-masing sebesar Rp 99 miliar dan Rp 59 miliar.
Sedangkan saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi yang paling dilego asing dengan net sell masing-masing mencapai Rp 39 miliar dan Rp 29,6 miliar.
IHSG yang sudah dua hari beruntun kandas sejak akhir pekan lalu memberikan ruang dan peluang untuk rebound. Itulah yang terjadi setidaknya untuk hari ini.
Indeks saham bursa utama kawasan Asia cenderung bergerak variatif siang ini. Dini hari tadi tiga indeks saham acuan Bursa New York anjlok lebih dari 1%.
Sentimen negatif berasal dari kabar ditemukannya kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron di California.
Selain itu Wall Street juga dikejutkan dengan kemungkinan The Fed yang bakal mempercepat laju tapering di tengah tekanan inflasi yang tinggi.
Namun sejatinya ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan bahwa merebaknya varian Omicron menjadi risiko serius bagi perekonomian dan membuat outlook inflasi penuh dengan ketidakpastian.
Pasar masih terus mengamati perkembangan kabar soal galur anyar Covid-19 Omicron dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi global. Saat ini, sejumlah negara mengetatkan aturan perjalanan dari negara lain seiring memacu percepatan vaksinasi.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 24 negara tercatat telah melaporkan kasus varian Omicron sejauh ini. Tetapi beberapa indikasi atau gejala awal sebagian besar ringan dan tidak ada yang tergolong parah.
Di sisi lain pelaku pasar juga perlu mencermati adanya faktor musiman pasar saham yang terjadi di bulan Desember yang bisa menjadi salah satu katalis positif.
Dalam 10 tahun terakhir kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa varian Omicron menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila kasus Covid-19 akibat varian Omicron terus dilaporkan dan membuat lockdown kembali merajalela, tak menutup kemungkinan IHSG untuk tembus all time high lagi di bulan Desember ini pupus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)