
Kacau! Omicron Bikin Investor Panik, IHSG Langsung Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 0,15% ke level 6.517,34 di hari kedua perdagangan Desember, Kamis (2/12/2021).
Namun selang tak berapa lama, IHSG langsung ambles dengan koreksi sebesar 0,23% ke level 6.491,11. IHSG keluar dari level psikologis 6.500.
Saat IHSG terpelanting, asing terpantau beli bersih saham domestik dengan net buy sebesar Rp 21,37 miliar di pasar reguler.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi dua saham yang paling diborong asing dengan net buy masing-masing sebesar Rp 15,4 miliar dan Rp 8,2 miliar.
Sedangkan saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menjadi yang paling dilego asing dengan net sell masing-masing mencapai Rp 7,9 miliar dan Rp 2,8 miliar.
Semalam, tiga indeks saham acuan Bursa New York terpantau anjlok lebih dari 1% menyusul kabar ditemukannya varian Omicron di California.
Selain itu Wall Street juga dikejutkan dengan kemungkinan The Fed yang bakal mempercepat laju tapering di tengah tekanan inflasi yang tinggi.
Namun sejatinya ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan bahwa merebaknya varian Omicron menjadi risiko serius bagi perekonomian dan membuat outlook inflasi penuh dengan ketidakpastian.
Pasar masih terus mengamati perkembangan kabar soal galur anyar Covid-19 Omicron dan bagaimana dampaknya terhadap ekonomi global. Saat ini, sejumlah negara mengetatkan aturan perjalanan dari negara lain seiring memacu percepatan vaksinasi.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan 24 negara tercatat telah melaporkan kasus varian Omicron sejauh ini. Tetapi beberapa indikasi atau gejala awal sebagian besar ringan dan tidak ada yang tergolong parah.
Sementara, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memberikan peringatan terbaru terkait merebaknya varian baru Covid-19, Omicron, di seluruh dunia. Badan ekonomi multilateral itu menyebut bahwa varian ini akan mengancam pemulihan ekonomi global ke depan.
MengutipAFP, OECD memangkas perkiraan pertumbuhan ekonominya pada tahun depan dari yang sebelumnya 5,7% menjadi 4,6%. OECD mengatakan bahwa Omicron telah menjadi ketakutan global baru karena memunculkan stigma bahwa virus akan bermutasi di tempat dengan tingkat vaksinasi yang rendah.
Di sisi lain pelaku pasar juga perlu mencermati adanya faktor musiman pasar saham yang terjadi di bulan Desember yang bisa menjadi salah satu katalis positif.
Dalam 10 tahun terakhir kinerja bulanan IHSG konsisten positif dengan rerata imbal hasil 3,23%. Salah satu faktor pendorong fenomena ini adalah aktivitas mempercantik portofolio para fund manager yang lebih dikenal dengan istilah window dressing. Biasanya kenaikan IHSG juga akan dilanjutkan ke awal tahun berikutnya dan fenomena ini dinamai January Effect.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa varian Omicron menjadi risiko terbesar bagi ekonomi dan pasar. Apabila kasus Covid-19 akibat varian Omicron terus dilaporkan dan membuat lockdown kembali merajalela, tak menutup kemungkinan IHSG untuk tembus all time high lagi di bulan Desember ini pupus.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi