Bursa Asia Rontok Pagi Ini, Waspada IHSG Bisa Tertular
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka terkoreksi pada perdagangan Kamis (2/12/2021), karena investor khawatir akan dampak ekonomi global kedepannya akibat dari penyebaran virus corona (Covid-19) varian Omicron.
Indeks Nikkei Jepang dibuka merosot 0,84%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,52%, Shanghai Composite China turun 0,18%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,24%, dan KOSPI Korea Selatan drop 0,79%.
Dari Korea Selatan, data final pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga tahun 2021 resmi dirilis pada hari ini. Bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) melaporkan Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Ginseng pada kuartal III-2021 hanya tumbuh sebesar 0,3% secara kuartalan (quarter-to-quarter/QtQ), dari sebelumnya pada kuartal II-2021 tumbuh 0,8%.
Hal ini sesuai dengan ekspektasi pasar dalam survey Reuters yang memperkirakan PDB Korea Selatan pada; kuartal III-2021 tumbuh 0,3%.
Sedangkan secara tahunan (year-on-year/YoY), PDB Korea Selatan pada kuartal III-2021 hanya tumbuh sebesar 4%, dari sebelumnya pada kuartal III-2020 tumbuh 6%.
Selain merilis data final dari PDB kuartal III-2021, Korea Selatan juga merilis data inflasi terbarunya pada periode November 2021.
BoK melaporkan inflasi dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Negeri Ginseng pada bulan lalu naik 3,7% (YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 3,2%.
Angka tersebut melebihi perkiraan pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK Korea Selatan (Korsel) naik menjadi 3,1%.
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/MoM), IHK Korea Selatan juga naik menjadi 0,4% pada November, dari sebelumnya pada Oktober lalu sebesar 0,1%.
Naiknya IHK Korsel didorong melonjaknya harga minyak bumi sebesar 35,5% dari tahun sebelumnya (YoY), dan kenaikan harga ternak yang mencapai 15%.
Sementara untuk IHK inti yang tidak memasukan harga makanan dan bahan bakar juga naik 1,9% (YoY).
Pasar saham Asia pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup terkoreksi lebih dari 1% pada perdagangan Rabu (1/12/2021) waktu AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,34% ke level 34.022,04, S&P 500 ambruk 1,18% ke posisi 4.512,94, dan Nasdaq Composite ambrol 1,83% menjadi 15.254,05.
Amblesnya tiga bursa acuan utama Wall Street terjadi setelah Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengkonfirmasi kasus pertama varian Covid-19 Omicron di AS. Sementara pasar juga masih mencerna komentar ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) soal inflasi.
CDC melaporkan kasus pertama di negara itu dari varian Omicron di California. Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan (Afsel) pada pekan lalu dan telah dilaporkan di setidaknya 23 negara, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Sementara itu pada Rabu kemarin, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan pembuat kebijakan harus siap untuk menanggapi kemungkinan inflasi tidak akan surut pada paruh kedua tahun depan seperti yang diharapkan.
Wall Street pun jatuh pada Selasa (30/11/2021) lalu setelah Powell mengejutkan pasar dengan memberi sinyal bahwa bank sentral akan mempertimbangkan untuk mempercepat penarikan program pembelian obligasi alias tapering off pada pertemuan Desember di tengah lonjakan inflasi saat ini.
"Pasar bergulat dengan dua kekhawatiran, yakni soal varian Omicron, yang mungkin atau mungkin tidak dapat menghindari vaksin, dan soal Powell yang lebih hawkish dari yang diharapkan," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi di Independent Advisor Alliance di Charlotte, North Carolina, kepada Reuters.
Soal data ekonomi AS teranyar, data slip gaji pegawai swasta AS versi ADP tercatat bertambah 534.000 unit pada November, atau di atas ekspektasi pasar yang semula hanya memperkirakan penambahan sebanyak 506.000 unit.
Sementara data ekonomi AS lainnya, yakni PMI manufaktur AS versi IHS Markit pada November berada di 58,3, lebih rendah dari yang diharapkan pasar, yakni 59,1.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)