Internasional

Wall Street Anjlok, Omicron 'Gentayangan' di AS

Thea Fathanah Arbrar, CNBC Indonesia
Kamis, 02/12/2021 06:21 WIB
Foto: Bendera Amerika tergantung di luar Bursa Efek New York di New York (AP/Frank Franklin II)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street tergelincir pada perdagangan Rabu (1/12/2021). Ini terjadi pasca otoritas di AS melaporkan ditemukannya varian baru Covid-19 di negarei itu Omicron.

Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,3% menjadi 34.022,04, jatuh sekitar 460 poin menyusul penurunan 650 poin di sesi sebelumnya. S&P 500 berbasis luas turun 1,2% menjadi 4.513,04 sementara Nasdaq Composite Index yang kaya saham teknologi turun 1,8% menjadi 15.254,05.



"Kami telah melihat 'film' ini sebelumnya dan Wall Street kemungkinan akan tetap menjadi 'headline' varian Covid-19 sampai penilaian yang jelas atas gelombang yang dapat dibuat," kata analis pasar, Edward Moya, di Oanda dalam sebuah catatan dikutip AFP, dikutip Kamis (2/12/2021).

Selain Omicron, pernyataan dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell juga masih menjadi momok di pasar. Sebelumnya, pada hari Selasa, The Fed memberi sinyal bahwa bank sentral akan mempertimbangkan untuk mempercepat penarikan program pembelian obligasi alias tapering off pada pertemuan Desember di tengah lonjakan inflasi saat ini.

Tom Cahill, ahli strategi portofolio di Ventura Wealth Management, mengatakan pasar masih mencerna Varian Covid-19 terbaru dan perubahan nada The Fed. Ini kata dia, menyebabkan banyak ketidakpastian di kalangan investor.

"Saat ini perekonomian sangat kuat dan inflasi juga sangat tinggi, oleh karena itu menurut pandangan saya akan tepat jika mempertimbangkan menyelesaikan tapering lebih cepat, mungkin beberapa bulan lebih awal," kata Powell di hadapan Senat AS.

The Fed melakukan tapering sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya mulai November lalu. Dengan nilai QE sebesar US$ 120 miliar, butuh waktu delapan bulan untuk menyelesaikannya. Artinya, tapering akan berakhir pada bulan Juni tahun depan.

Pasar masih kalem merespon tapering tersebut, tidak terjadi gejolak di pasar finansial seperti pada tahun 2013, yang disebut taper tantrum. Sebabnya, Powell sudah memberikan indikasi akan melakukan tapering sejak awal tahun ini, sehingga pasar lebih siap. Rupiah pun masih sempat menguat saat tapering dimulai bulan lalu.


Tetapi, percepatan tapering menjadi kejutan bagi pasar yang berisiko menimbulkan gejolak. Apalagi ketika tapering dipercepat, ada peluang The Fed juga menaikkan suku bunga lebih awal.

Beberapa pejabat elit The Fed dalam beberapa pekan terakhir memang banyak mendorong untuk mempercepat laju tapering. Tetapi, Powell diperkirakan tidak akan se-hawkish itu.

Saham perjalanan kemarin menjadi pecundang terbesar menyusul berita kasus Omicron. American Airlines turun hampir 8%, Delta Air Lines turun 7,3%, dan United Airlines turun 7,5%.

Produsen kedirgantaraan Boeing kehilangan 4,8%. Norwegian Cruise Line Holdings dan Karnaval masing-masing terkena 8,8% dan 7%. Wynn Resorts turun 6,1% dan Hilton Worldwide mengakhiri hari sekitar 3,8% lebih rendah.

Sahan ritel juga terpukul pada hari Rabu. Nordstrom ditutup turun 5,3% dan Kohl kehilangan 5,6%. Best Buy dan Macy masing-masing turun 4,3% dan 4,6%. 




(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan