Tak Perlu Lockdown Gegara Omicron, IHSG Bakal Joss Lagi Nih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 0,7% ke 6.608,290 awal pekan kemarin meski sempat jeblok lebih dari 1% di awal perdagangan. IHSG bahkan mampu membuat meski mayoritas bursa saham Asia merosot.
Sentimen pelaku pasar yang mulai membaik menjadi pemicu penguatan IHSG. Meski sedang dihantui virus corona varian Omicron, perusahaan farmasi yang bergerak cepat melakukan uji coba dan penelitian terkait efektifitas vaksin. IHSG pun berpeluang melanjutkan penguatan melihat bursa saham Amerika Serikat (AS) yang sukses menguat pada perdagangan Senin waktu setempat, begitu juga dengan bursa saham Eropa.
Penyebabnya, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak perlu melakukan lockdown akibat Omicron.
"Jika masyarakat sudah divaksin dan mengenakan masker, tidak perlu lagi dilakukan lockdown. Selain itu tidak aka nada pembatasan perjalanan," kata Biden dalam konferensi pers Senin kemarin, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Secara teknikal, efek dari duet pola Doji dan Shooting star langsung terlihat pada perdagangan Jumat, IHSG jeblok hingga lebih dari 2%. Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
IHSG langsung jeblok hingga kembali ke bawah 6.600 di hari Jumat pekan lalu. Awal pelan kemarin, IHSG juga jeblok lagi ke bawah 6.500 hingga menyentuh rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50).
Bangkitnya IHSG kemarin juga ditopang oleh indikator stochastic pada grafik 1 jam yang sebelumnya mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Artinya ketika mencapai wilayah oversold, IHSG berpeluang naik.
Selain itu terjadinya celah (gap), bahkan 2 gap juga menopang kenaikan. Secara teknikal pergerakan suatu aset biasanya akan menutup gap tersebut. IHSG akhirnya sukses menutup satu gap.
Support terdekat kini berada di kisaran 6.600 hingga 6.590. Selama mampu bertahan di atasnya, IHSG berpeluang menguat ke 6.650. Penembusan ke atas tersebut akan membuka peluang berlanjutnya kenaikan pada hari ini.
Sementara jika menembus support, IHSG berisiko turun ke 6.550.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)