
Banyak Ancaman 2022, BI Pantau Ketat Inflasi, Rupiah & Cadev
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
29 November 2021 17:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, tahun depan sederet tekanan ekonomi akan menghantui. Salah satunya kenaikan inflasi.
Perry menjelaskan, kemungkinan akan terjadinya kenaikan inflasi di tanah air pada Semester II-2022, disebabkan karena adanya kenaikan harga energi.
"Dari waktu ke waktu, ada risiko tekanan inflasi pada paruh kedua tahun depan, karena kenaikan harga energi atau kenaikan permintaan lebih cepat," ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR, Senin (29/11/2021).
Kendati demikian, kata Perry, BI akan berkomitmen untuk terus menjaga indikator asumsi makro agar sesuai dalam APBN 2022, meliputi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, inflasi sebesar 3%, kinerja nilai tukar rupiah dengan rata -rata sepanjang tahun depan sebesar Rp 14.350.
"Ada risiko nilai tukar rupiah karena ada tapering, namun kami tetap komitmen kami upayakan seluruh kebijakan agar asumsi-asumsi ini dapat sejalan," tuturnya.
Perry optimistis tahun depan ekonomi Indonesia akan terus pulih, meski masih ada beberapa isu permasalahan yang harus terus diantisipasi ke depan.
Seperti perubahan iklim atau lingkungan di global yang berpotensi menimbulkan ketidakpastian. Oleh karena itu BI akan mengoptimalkan penerimaan dari sisi cadangan devisa di tahun depan.
"Kami terus upayakan bagaimana cadev dapatkan return yang lebih optimal dengan tetap memenuhi kewajiban negara dan stabilitas," ujarnya.
"Caranya? Tingkatkan spread , spread itu kami akan coba firm dalam pengelolaan devisa yang sudah kami lakukan sejak saya jadi Gubernur Bank Indonesia," kata Perry melanjutkan.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Cabai Hingga Rokok Naik, BI Ramal Juli Inflasi Tipis
Most Popular