Jor-joran, Emiten RI Caplok Tambang Baru untuk Ekspansi

Monica Wareza, CNBC Indonesia
29 November 2021 16:40
A truck loaded with coal drives past a stationary freight train carrying coal at Chainpur village near Hazaribagh, in eastern state of Jharkhand, Sunday, Sept. 26, 2021. A 2021 Indian government study found that Jharkhand state -- among the poorest in India and the state with the nation’s largest coal reserves -- is also the most vulnerable Indian state to climate change. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Sebuah truk bermuatan batu bara melewati kereta barang stasioner yang membawa batu bara di desa Chainpur dekat Hazaribagh, di negara bagian Jharkhand timur, Minggu, 26 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) belakangan banyak yang berencana untuk mengakuisisi tambang-tambang baru untuk mengembangkan bisnisnya. Tambang yang dilirik pun berada di luar pertambangan batu bara yang berada di luar core business perusahaan selama ini.

Emiten pertambangan milik Grup Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR) mengungkapkan saat ini perusahaan memang tengah melakukan pemilihan tambang mineral, di luar batu bara, untuk diakuisisi.

"Akuisisi aset tambang non-coal memang merupakan salah satu strategi pengembangan usaha kami," kata Sara K. Loebis kepada CNBC Indonesia, Senin (29/11/2021).

Dia menjelaskan, memang saat ini perusahaan belum menentukan timeline pastinya untuk mengeksekusi rencana akuisisi tersebut, namun perusahaan telah berkeliling untuk mencari aset yang cocok untuk dibeli.

Saat ini aset tambang mineral yang dimiliki United Tractor adalah tambang emas Martabe yang berada di Sumatera Utara. Tambang ini dioperasikan oleh anak usahanya PT Danusa Tambang Nusantara (DTN) dengan kepemilikan 95%.

Sedangkan bisnis utama perusahaan selama ini adalah kontraktor pertambangan PT Pamapersada Nusantara yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara. Kontraktor pertambangan ini masih berfokus pada tambang batu bara.

Selanjutnya adalah pertambang batu bara di bawah anak usahanya PT Tuah Turangga Agung yang mengelola sembilan konsesi di Kalimantan dan Sumatera.

Hal yang sama juga dilakukan oleh emiten pertambangan milik Patrick Walujo dan Glenn Sugita, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

Perusahaan ini berinvestasi di perusahaan pertambangan tembaga Indokal Limited yang merupakan anak usaha Asiamet Resources Limited. Rencananya perusahaan akan mengakuisisi 51% saham di perusahaan ini.

Saat ini perusahaan sedang menjalani proses uji tuntas atas aset tersebut. Hasilnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan ke tahap akuisisi aset.

Indokal adalah induk perusahaan PT Kalimantan Surya Kencana (KSK), sebuah perusahaan yang memiliki izin Kontrak Karya atas sebuah tambang tembaga (copper) di Kalimantan Tengah. Kontrak ini termasuk Proyek Tembaga BKM (BKMCopper Project).

Adapun, nilai pengambilalihan saham ini mencapai US$ 50 juta atau setara dengan Rp 710 miliar, asumsi kurs Rp 14.200/US$, yang akan dibayarkan secara bertahap melalui suntikan modal dan lainnya ke proyek milik Indolokal.

Perseroan sebelumnya telah menandatangani Heads of Agreement dengan Asiamet, yang bersifat tidak mengikat (nonbinding), yang bertujuan untuk menyepakati hak eksklusif Perseroan selama 90 hari sejak tanggal perjanjian untuk menyelesaikan proses uji tuntas.

Bahkan, di luar bisnis pertambangan perusahaan juga melakukan investasi di perusahaan pembangkit listri tenaga surya, SUN Energy.

Dalam keterbukaan informasinya, perusahaan akan berpartisipasi dalam pendanaan seri A SUN Energy dengan nilai mencapai US$ 3 juta atau kisaran Rp 4,26 miliar dan atau sekitar 1,42% dari nilai pendanaan tersebut.

Investasi yang sama juga dilakukan oleh PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) melalui anak usahanya PT Toba Bara Energi (TBAE). Dari putaran pendanaan tersebut, SUN Energy memperoleh dana US$ 25 juta atau Rp 360 miliar.

Dana ini oleh SUN Energy akan digunakan untuk mengembangkan berbagai proyek di Indonesia, memperluas skala bisnis di wilayah regional, serta memperkuat platform Perusahaan yang berada di garis depan dalam gerakan transisi energi Indonesia.


(mon/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Lewati Palung Koreksi, IHSG Tutup Sesi 1 di Zona Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular