
Beuh! Ada Koin Omicron, Harga Melambung Nyaris 95%

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah dunia sedang mewaspadai kehadiran virus Corona (Covid-19) varian baru B.1.1.529 atau yang disebut Omicron, investor beramai-ramai memborong aset kripto (cryptocurrency) yang bernama sama dengan varian teranyar tersebut, yakni token Omicron (OMIC).
Melansir Cointelegraph, Senin (29/11/2021), token OMIC sempat melonjak hingga ke level tertinggi sepanjang masa hari ini ke US$ 689/token beberapa jam lalu. Berdasarkan data CoinGecko, siang ini, pukul 14.17 WIB, token ini berada di posisi US$ 568,92% atau 'terbang' 94,9% dibandingkan hari sebelumnya.
Sejak Sabtu pekan lalu (27/11), tepatnya sekitar pukul 14.00 WIB, token OMIC sudah meroket 'to the moon' 833,47%.
Token tersebut berbagi namanya dengan varian Covid-19 baru yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pada akhir pekan lalu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menamai strain Corona an yar B.1.1.529 yang menyebar cepat ini dengan huruf kelima belas dari alfabet Yunani: Omicron.
Sebuah akun Twitter yang dianggap sebagai kritikus kripto "Mr. Whale" berkomentar dalam sebuah twit, minggu (28/11), bahwa lonjakan token OMIC harga besar-besaran adalah mengindikasikan adanya "gelembung raksasa" (giant bubble).
Omicron adalah protokol mata uang cadangan terdesentralisasi yang bertopang pada jaringan blockchain Ethereum. Token asli OMIC didukung oleh beberapa aset kripto lainnya termasuk stablecoin USDC dan sejumlah token penyedia likuiditas.
OMIC saat ini hanya dapat diperdagangkan di bursa terdesentralisasi SushiSwap.
Situs web analitik token, seperti CoinGecko dan Coinmarketcap tidak memiliki rincian lebih lanjut tentang total pasokan (supply) atau kapitalisasi pasar (market cap) OMIC.
Omicron adalah sejenis proyek yield farming berbasis obligasi (bond) yang mulai aktif pada November ini.
Asal tahu saja, melansir Coinmarketcap, yield farming dalam dunia decentralized finance (DeFi) adalah praktik staking (memvalidasi transaksi dalam blockchain) atau meminjamkan aset kripto untuk menghasilkan pengembalian (returns) atau imbalan tinggi dalam bentuk mata uang kripto tambahan.
Pemegang OMIC dapat melakukan staking dengan potensi mendapatkan imbalan berupa token yang lebih banyak.
Seperti disebutkan CoinDesk, Senin (29/11), kendati bernama sama, token OMIC tidak ada sangkut-pautnya dengan varian teranyar Covid-19. Coindesk pun menambahkan, bahwa token ini bukanlah ''jenis aset safe haven" atau berfungsi sebagai lindung nilai.
Akhir pekan lalu, pasar saham merosot karena berita tentang varian COVID baru menyebar dan seiring adanya perayaan Black Friday di Amerika Serikat (AS) menyaksikan aksi jual besar-besaran (sell-off) yang menghapus kenaikan November untuk Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq Composite.
Bursa saham Eropa, Asia, dan bahkan Indonesia juga terkena dampak pemberitaan soal Covid-19 Omicron tersebut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 2,06% pada Jumat. Namun, hari ini, per pukul 14.45 WIB, indeks acuan saham nasional tersebut mulai rebound 0,68%.
Di pasar kripto, awan mendung koreksi juga tampak mulai menghilang. Berdasarkan data Coinmarketcap, total kapitalisasi pasar kripto naik 5,38% mencapai US$ 2,58 triliun dalam 24 jam terakhir. Aset kripto raksasa, termasuk bitcoin--kripto dengan market cap terbesar--berhasil rebound dengan melesat 5,45% ke US$ 57.580,11.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Abaikan IMF, El Salvador Tambah 100 BTC Saat Kripto Ambruk