Omicron Sudah Masuk Australia, Dolarnya Kok Malah Menguat?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 29/11/2021 10:55 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona varian Omicron sudah terdeteksi di Australia Minggu kemarin, tetapi nilai tukar mata uangnya masih menguat melawan rupiah pada perdagangan Senin (29/11). Bahkan penguatannya cukup tajam.

Pada pukul 10:31 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.239,49, dolar Australia menguat 0,53% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada Jumat pekan lalu, dolar Australia jeblok ke bawah Rp 10.200/AU$ dan menyentuh level terendah sejak pertengahan Juli 2020. Selain itu, sepanjang bulan ini dolar Australia juga sudah merosot lebih dari 4,5%.


Alhasil, dolar Australia rebound pada perdagangan hari ini akibat faktor teknikal serta aksi ambil untung dari sisi rupiah.

Dolar Australia merupakan mata uang risk-on. Artinya, ketika sentimen pelaku pasar membaik dolar Australia akan mendapat tenaga untuk menguat. Sementara saat ini sentimen pelaku pasar masih memburuk akibat corona Omicron, terlihat dari bursa saham Asia yang semuanya merosot ke zona merah.

Apalagi, Omicron sudah masuk ke Australia. Minggu kemarin, dilaporkan ada dua kasus positif corona Omicron. Keduanya datang dari Afrika Selatan dan mendarat di Sydney.
Para ilmuwan mengatakan Omicron lebih mudah menular ketimbang varian lainnya, serta dapat mengurangi efektivitas vaksin. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Omicron sebagai Varian of Concern (VoC).

Kemuculan Omicron dikhawatirkan akan membuat banyak negara kembali menetapkan lockdwon yang pada akhirnya berujung pada pelambatan ekonomi.

Jika itu terjadi, outlook dolar Australia sebenarnya masih suram. Sebab, bank sentralnya (Reserve Bank of Australia/RBA) bisa menahan suku bunga lebih lama lagi. Untuk saat inil, RBA masih memproyeksikan suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2024.

"Data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di tahun 2022. Dewan gubernur masih bersabar," kata Gubernur RBA Philip Lowe, saat pengumuman kebijakan moneter, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (2/11).

Dalam acara Australian Business Economists Webinar pekan lalu Lowe kembali menegaskan pernyataannya yang membuat dolar Australia jeblok, yakni tidak akan menaikkan suku bunga di tahun depan.

"Saya ingin mengulangi apa yang saya katakan dua pekan lalu, yakni, data dan proyeksi terbaru tidak menjamin kenaikan suku bunga di 2022," kata lowe sebagaimana dilansir ABC News, Selasa (16/11). 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor