
Waspada! Omicron Bisa Bikin Rupiah Tembus Rp 14.500/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,46% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.300/US$ sepanjang pekan lalu. Rupiah mendapat banyak tekanan dari eksternal, mulai dari kemungkinan kenaikan suku bunga di AS lebih awal akibat inflasi yang tinggi dan muncul varian baru virus corona yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Bank sentral AS (The Fed) yang diperkirakan bisa menaikkan suku bunga di bulan Juni 2022 sebenarnya tidak begitu menakutkan bagi rupiah. Terbukti rupiah hanya melemah tipis-tipis dalam 4 hari perdagangan pertama. Rupiah baru mengalami tekanan pada hari Jumat, setelah kabar virus corona varian B.1.1.529 atau yang disebut Omicron mulai membuat panik pasar finansial.
Virus yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan kini sudah ditemukan di beberapa negara termasuk di Hong Kong. Para ilmuwan mengatakan Omicron lebih mudah menular ketimbang varian lainnya, serta dapat mengurangi efektivitas vaksin.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menetapkan Omicron sebagai Varian of Concern (VoC).
Kemunculan Omicron dikhawatirkan akan membuat banyak negara kembali menetapkan lockdwon. Alhasil, sentimen pelaku pasar memburuk, bursa saham global anjlok.
Rupiah sebagai mata uang emerging market menjadi kurang diuntungkan ketika sentimen memburuk. Investor akan memilih dolar AS yang menyandang status safe haven.
Jika sentimen pelaku pasar terus memburuk, rupiah berisiko terpuruk pekan ini.
Secara teknikal, rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200) di kisaran Rp 14.340/US$, menahan pelemahan rupiah pada pekan lalu. Level tersebut bisa menjadi kunci pergerakan rupiah di pekan ini.
Rupiah saat ini juga berada dekat MA 100 di kisaran Rp 14.300/US$. Selama tertahan di bawahnya rupiah punya peluang menguat, dengan support berada di kisaran Rp 14.265/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.230/US$ hingga ke Rp 14.200/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Namun, jika tertahan di atas MA 100, rupiah berisiko melemah ke 13.340/US$, penembusan di atas level tersebut berisiko membuat rupiah melemah ke Rp 14.400/US$ sebelum menuju Rp 14.500/US$ di pekan ini.
Tekanan bagi rupiah juga cukup besar melihat indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Ketika USD/IDR mencapai overbought, maka kemungkinan akan berbalik turun. Artinya, selama belum mencapai wilayah overbought tekanan rupiah masih cukup besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan
