Perang! Bos Ripple Sebut, Dogecoin Elon Musk Sebuah Lelucon

chd, CNBC Indonesia
26 November 2021 15:15
Ilustrasi Doge (Photo by Crystal Mapes on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Doge (Photo by Crystal Mapes on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kripto yang diluncurkan berdasarkan meme viral pada tahun 2013 silam dari seekor anjing Shiba Inu hingga ini masih menjadi salah satu koin digital pilihan investor, meskipun dogecoin sendiri sudah mempunyai saingan.

Tetapi, beberapa orang menilai bahwa koin digital yang dibentuk sebagai tandingan dan lelucon untuk ditunjukkan ke bitcoin saat itu dianggap tidak terlalu baik bagi keberlangsungan pasar kripto yang sehat.

Hal ini diutarakan oleh CEO perusahaan fintech Ripple yakni Brad Garlinghouse, di mana ia memperingati bagi investor yang melacak dogecoin.

"Sebenarnya saya tidak yakin dan saya juga menganggap agak kontroversial bahwa dogecoin bagus untuk pasar crypto," kata Garlinghouse dalam diskusi panel yang dimoderatori CNBC di salah satu acara Fintech di Abu Dhabi yang ditayangkan Selasa (23/11/2021) lalu.

Garlinghouse menganggap bahwa dogecoin seringkali 'dipompom' oleh beberapa pihak termasuk Elon Musk, sehingga momentum kenaikannya bukanlah hal yang wajar dan sehat.

"Itu dibangun sebagai lelucon, kemudian mendapat momentum dari beberapa orang terkenal seperti Elon Musk," kata Garlinghouse, dikutip dari CNBC International.

"Dogecoin memiliki beberapa dinamika inflasi yang membuat saya enggan untuk menahannya," tambahnya.

Dogecoin, cryptocurrency berdasarkan meme internet viral dari anjing Shiba Inu pada tahun 2013 lalu, kini memiliki kapitalisasi pasar sebesar US$ 29 miliar.

Dalam hal pasokan, dogecoin tidak memiliki batasan pasokan alias tak terhingga. Tidak seperti bitcoin yang memiliki keterbatasan pasokan, sehingga persaingan untuk mendapatkannya bisa lebih sehat.

Hal ini membuat dogecoin terlihat berbeda dengan kripto lainnya, yang tentunya memiliki keterbatasan pasokan.

Garlinghouse yang juga terkait erat dengan aset digital XRP mengatakan bahwa kenaikan inflasi telah mempercepat minat investor terhadap cryptocurrency dan menjadikan bitcoin sebagai lindung nilai inflasi (hedge).

"Ketika orang khawatir tentang memegang mata uang fiat yang mungkin meningkat dan itu cenderung mendevaluasi, mereka melihat: 'Bagaimana saya bisa memegang aset lain yang tidak akan memiliki dinamika inflasi yang sama?'."

Bitcoin sempat mencapai level tertinggi barunya sepanjang masa nyaris mendekati level US$ 69.000 per koinnya pada awal November.

Meskipun saat ini bitcoin kembali diperdagangkan di bawah level US$ 60.000, tetapi tingkat pengembaliannya (return)secara tahunan telah melampaui return aset lindung nilai lainnya terhadap inflasi, seperti emas yang dipandang sebagai pelindung daya beli selama inflasi masih meninggi.

"Tentunya berbeda dengan dogecoin, bitcoin memiliki lebih banyak momentum," kata Garlinghouse, dilansir dari CNBC International.

"Saya berpikir jika anda melihat kebelakang dan melihat jauh kedepan ... ini adalah teknologi nyata yang secara fundamental mengerjakan ulang cara kerja infrastruktur keuangan kami dan saya sangat optimis di bitcoin dalam jangka panjang," tambah Garlinghouse.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Wait and See, Bitcoin dkk Bergerak Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular