Harga Timah Dunia Rekor, Saham TINS Ikut Ngacir

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Selasa, 23/11/2021 10:05 WIB
Foto: Dok.PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen timah, yang merupakan anak usaha PT Inalum (Persero), PT Timah Tbk (TINS) menguat ke zona hijau pada awal perdagangan hari ini, Selasa (23/11/2021), di tengah harga timah mencapai level tertinggi sepanjang masa.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.47 WIB, saham TINS melesat 3,40% ke Rp 1.675/saham, dengan nilai transaksi Rp 73,29 miliar dan volume perdagangan 44,00 juta saham.

Seiring penguatan ini, investor melakukan pembelian bersih Rp 17,76 miliar di pasar reguler dan beli bersih Rp 322 juta di pasar negosiasi dan pasar tunai.


Dalam sepekan, saham TINS sudah menguat 5,99%, sedangkan dalam sebulan terapresiasi 3,08%. Adapun secara year to date (ytd) saham TINS melambung tinggi 101,81%.

Pagi ini, nilai kapitalisasi pasar saham TINS mencapai Rp 12,47 triliun.

Harga timah dunia kembali berhasil mengukir rekor tertinggi pada perdagangan hari ini terdorong pasokan timah dunia yang ketat.

Pada Selasa ini (23/11), pukul 09.51 WIB, harga timah dunia menguat 0,09% ke US$ 38.825/ton. Sebelumnya, pada Senin, harga timah juga mencapai rekor tertinggi setelah terkerek 0,94% ke posisi US$ 38.790/ton.

Persediaan timah terus turun dan membuat pasokan semakin ketat. Persediaan di gudang LME (London Stock Metal Exchange) per 18 November 2021 menyusut 61,64% dari Juni yang jadi level tertinggi menjadi 840 ton.

Dibandingkan tahun lalu, persediaan timah sudah turun 79,73% year-on-year (yoy)

Sedangkan rata-rata persediaan bulan November sebesar 754 ton, turun 23,76% dari rata-rata persediaan Oktober sebesar 989 ton.

Sementara itu, Malaysian Smelting Corporation (MSC), perusahaan timah terbesar ketiga dunia berniat mengakhiri status force majeure mereka pada 30 November. Namun, produksi dari MSC masih diragukan bisa mengakhiri ketatnya pasokan timah dunia.

"Pasar [timah] sedang dan akan tetap cukup pendek bahkan jika MSC kembali ke kapasitas penuh," kata seorang pedagang timah, melansir Reuters, Kamis (18/11/2021).

Sebelumnya, MSC menyatakan keadaan force majeure pada bulan Juni karena gangguan produksi akibat virus corona (Coronavirus Disease 2019).

Penurunan kasus COVID baru-baru ini menjadi alasan MSC optimis bisa kembali beroperasi pada akhir bulan November. Perusahaan-perusahaan di negara bagian Selangor dan Penang di Malaysia diizinkan untuk beroperasi 100% dengan syarat vaksinasi sudah dilakukan oleh karyawan.

MSC menyumbang sekitar 7% dari pasokan global yang diperkirakan sekitar 330.000 ton pada tahun 2020, berdasarkan Asosiasi Timah Internasional.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat