Melemah Tipis-Tipis, Rupiah Tak Takut Powell 2 Periode?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
23 November 2021 09:30
Ilustrasi Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis saja melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (23/11). Bahkan, rupiah sempat menguat selama beberapa saat padahal dolar AS sedang kuat-kuatnya setelah Presiden AS Joe Biden kembali memilih Jerome Powell sebagai ketua bank sentral AS (The Fed).

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% ke Rp 14.250/US$. Depresiasi kemudian membesar menjadi 0,14% di Rp 14.265/US$, sebelum rupiah berbalik menguat 0,18%.

Tetapi penguatan tersebut hanya sesaat saja, pada pukul 9:10 WIB rupiah kembali berada di Rp 14.265/US$.

Biden resmi menominasikan Powell untuk melanjutkan kepemimpinannya di The Fed Senin kemarin waktu setempat.

Sebelumnya muncul wacana Powell akan diganti, sebab ada beberapa elit Partai Demokrat yang tidak setuju dengan Powell. Wacana tersebut semakin menguat setelah Biden mewawancarai Powell dan calon lainnya Lael Brainard.

Brainard saat ini menjabat Dewan Gubernur The Fed, dan dianggap lebih dovish ketimbang Powell. Seandainya ia yang dipilih, maka pasar melihat suku bunga rendah akan ditahan lebih lama.

"Nominasi Powell untuk periode kedua mengindikasikan outlook kebijakan moneter tidak akan se-dovish jika Brainard yang dipilih sebagai ketua The Fed," kata Joe Manimbo, analis di Western Union Business Solutions di Washington, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/11).

Dengan Powell kini melanjutkan periode kedua kepemimpinannya proyeksi kenaikan suku bunga di semester II-2022 masih berada pada jalurnya, bahkan bisa lebih cepat lagi.
Pasar merespon dipilihnya Powell dengan melepas obligasi AS (Treasury). Alhasil yield Treasury tenor 10 tahun sebesar 8,43 basis poin ke 1,6322%, yang memicu kenaikan indeks dolar AS sebesar 0,5% ke 96,5 yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2020.

"Ruang kenaikan suku bunga semakin besar setelah Powell tetap menduduki kursi ketua The Fed dan itu positif bagi dolar AS," tambah Manimbo.

The Fed kini bahkan berpeluang menaikkan suku bunga lebih cepat dari ekspektasi pasar sebelumnya di semester II-2021. Peluang tersebut muncul setelah pada Jumat pekan lalu, Dewan Gubernur The Fed, Christoper Waller menyerukan akan The Fed melipat gandakan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sehingga bisa berakhir di bulan April tahun depan dan bisa menaikkan suku bunga di kuartal II-2022.

"Pemulihan pasar tenaga kerja yang cepat serta tingginya inflasi mendorong saya untuk melakukan tapering lebih cepat dan tidak lagi menerapkan kebijakan akomodatif di 2022," kata Waller sebagaimana diwartakan Reuters, Jumat (22/11).

Selain Waller, wakil ketua The Fed, Richard Clarida juga melontarkan pernyataan yang sama.

"Saya akan melihat data-data yang kami dapatkan mulai saat ini hingga rapat kebijakan moneter di bulan Desember, dan kemungkinan menjadi waktu yang tepat untuk mempercepat laju tapering," kata Clarida saat berbicara di San Francisco Fed's 2021 Asia Economic Policy Conference, Sabtu (20/11).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular