Biden akan Pilih Ketua The Fed Pekan Ini, Rupiah Jadi Grogi
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengawali pekan ini dengan melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) setelah stagnan sepanjang pekan lalu. Pelaku pasar siapa yang akan dipilih oleh Presiden AS Joe Biden untuk menduduki kursi ketua The Fed (bank sentral AS).
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% di Rp 14.240/US$. Tidak lama depresiasi rupiah bertambah menjadi 0,18% ke Rp 14.260/US$ yang menjadi level terlemah hari ini.
Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.245/US$, melemah 0,07% di pasar spot.
Sentimen dari eksternal terkait siapa yang akan menduduki kursi ketua The Fed, bank sentral paling powerful di dunia, menjadi penggerak rupiah hari ini. Masa kepemimpinan ketua The Fed saat ini Jerome Powell akan berakhir di bulan Februari tahun depan, Presiden AS Joe Biden bisa memilihnya kembali untuk melanjutkan ke periode kedua.
Powell masih menjadi favorit untuk melanjutkan kepemimpinannya. Namun, Biden sudah mewawancarai Powell dan salah satu kandidat lainnya Lael Brainard, wanita yang sudah menjabat dewan gubernur The Fed sejak 2014.
Keputusan apakah Powell akan diganti atau tidak bisa terjadi di pekan ini, bahkan bisa hari Senin waktu setempat. Sebab, pada Rabu pekan lalu, Biden mengatakan akan memberikan keputusan sekitar 4 hari.
Brainard dianggap lebih dovish ketimbang Powell, artinya jika dia ditunjuk besar kemungkinan The Fed akan mempertahan suku bunga rendah lebih lama, dan membuat dolar AS merosot sementara rupiah berpeluang menguat.
Sementara jika Powell melanjutkan ke periode kedua, The Fed tentunya masih pada jalur kenaikan suku bunga di semester II tahun depan. Dan ada kemungkinan lebih cepat lagi jika inflasi tinggi, sebab ada isu tapering akan dilakukan lebih cepat.
Seperti diketahui sebelumnya, The Fed pada 4 November lalu mengumumkan mulai melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya, dimulai bulan ini.
Dengan nilai QE saat ini sebesar US$ 120 miliar, maka perlu waktu 8 bulan hingga menjadi nol, atau QE berakhir.
Wacana dipercepatnya tapering dilontarkan wakil ketua The Fed, Richard Clarida.
"Saya akan melihat data-data yang kami dapatkan mulai saat ini hingga rapat kebijakan moneter di bulan Desember, dan kemungkinan menjadi waktu yang tepat untuk mempercepat laju tapering," kata Clarida saat berbicara di San Francisco Fed's 2021 Asia Economic Policy Conference Sabtu (20/11), sebagaimana dilansir Reuters.
Jika benar The Fed mempercepat laju tapering, maka ada risiko terjadinya taper tantrum yang akan menekan rupiah meski tidak akan separah 2013.
Amerika Serikat Rabu nanti akan merilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE), dan akan menjadi perhatian pelaku pasar. Sebabnya, menjadi acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan suku bunga.
Inflasi inti PCE diprediksi tumbuh 4,1% year-on-year (YoY) di bulan Oktober, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Semakin tinggi inflasi PCE makan spekulasi laju tapering akan dipercepat akan semakin menguat, dan rupiah berisiko tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)