
Rekor! IPO Perusahaan Global Tembus Rp 8.550 T Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Penghimpunan dana melalui pasar modal secara global tahun ini memecahkan rekor tertingginya dalam 14 tahun terakhir.
Pada tahun ini, penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) mencapai US$ 600 miliar atau setara Rp 8.550 triliun dengan rata-rata kurs Rp 14.250 per US$.
"Capaian IPO ini menjadi yang tertinggi sejak tahun 2007," tulis laporan Strait Times, dikutip Minggu (21/11/2021).
Meningkatnya penghimpunan dana IPO ini utamanya ditopang oleh perusahaan dengan akuisisi tujuan khusus (SPAC) dan perusahaan rintisan dengan valuasi yang tinggi.
Salah satu perusahaan rintisan truk listrik, Rivian berhasil mengumpulkan dana IPO hampir US$12 miliar di New York bulan ini. Lalu, penghimpunan dana IPO terbesar di Asia adalah China Telecom pada Agustus, yang menghimpun dana sebesar 54 miliar yuan atau setara Sin$ 11,5 miliar.
Sementara, penyedia loker paket Polandia, InPost, menduduki posisi teratas di Eropa dengan listing di Amsterdam senilai 2,8 miliar euro (SinS$4,3 miliar) pada Januari.
Perusahaan-perusahaan ini mengambil keuntungan dari rekor harga saham yang tinggi. Selain itu, pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 bersama dengan langkah-langkah stimulus membantu meningkatkan pendapatan perusahaan.
Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Pengawasan regulasi telah mendinginkan tren IPO SPAC yang mencapai puncaknya awal tahun ini.
Tindakan keras China terhadap perusahaan teknologi selama musim panas mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar global, menghentikan laju pencatatan saham China di Amerika Serikat dan membayangi pasar IPO Hong Kong.
"Kami bergerak dari pasar yang sempurna untuk IPO dengan banyak likuiditas dan transaksi yang berkinerja baik ke lingkungan yang lebih normal" di mana investor lebih selektif, kata Gareth McCartney, co-head global pasar modal ekuitas di UBS Group.
Pesatnya pembelian saham oleh investor ritel juga menyebabkan pasar saham naik bak roller coaster tahun ini.
Rivian, yang belum menghasilkan pendapatan, lebih dari dua kali lipat dalam beberapa sesi pertama, secara singkat melampaui Volkswagen dalam nilai pasar, sementara SK Bioscience Korea Selatan melonjak 160 persen dalam debutnya.
Keuntungan besar ini telah memicu kekhawatiran akan terjadinya gelembung (bubble). Indeks S&P 500 diperdagangkan lebih dari 21 kali proyeksi pendapatan di tahun depan, jauh di atas rata-rata 10 tahun. Saham mendekati level termahal sejak gelembung dot-com tahun 2000.
"Karena program stimulus moneter dikurangi, dan jika pertumbuhan global melambat tajam, pasar bisa menuju koreksi," kata Susannah Streeter, analis senior di Hargreaves Lansdown. "Perusahaan yang dinilai terlalu tinggi akan merasakan sakitnya jauh lebih cepat daripada yang lain."
(sys/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2021, IPO Global Catat Rekor Pendanaan USD 600 Miliar