The Fed Lakukan Tapering, Pelaku Pasar Malah Unggulkan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 November 2021 16:34
Ilustrasi Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.235/US$. Namun, jika melihat kondisi eksternal dimana bank sentral AS (The Fed) sudah melakukan tapering dan diprediksi menaikkan suku bunga di tahun depan, kinerja rupiah bisa dikatakan cukup bagus.

Sepanjang pekan lalu, rupiah mampu mencatat penguatan 0,64% dan stagnan minggu ini.

The Fed sudah resmi mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) pada 4 November lalu dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya. Artinya, jika QE sebelumnya sebesar US$ 120 miliar, maka di bulan ini berkurang menjadi US$ 105 miliar, dan di Desember US$ 90 miliar. Begitu seterusnya, setiap bulan dikurangi sebesar US$ 15 miliar hingga akhirnya menjadi nol.

Setelahnya, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebanyak 2 hingga 3 kali di semester II-2022. Kenaikan tersebut terbilang agresif seharusnya membuat rupiah jeblok, tetapi nyatanya masih mampu bertahan.

Yang cukup mengejutkan, para pelaku pasar justru menambah posisi beli (long) terhadap rupiah. Artinya, pelaku pasar melihat rupiah akan menguat ke depannnya.
Hasil survei 2 mingguan Reuters menunjukkan pelaku pasar menambah posisi beli (long) rupiah.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis hari ini, Kamis (18/11/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,72, naik dari 2 pekan lalu -0,41.

Rupiah juga menjadi mata uang terbaik kedua, dari 9 mata uang Asia lainnya, hanya kalah dari yuan China -87.

Semakin besar posisi long, maka nilai tukar mata uang biasanya cenderung menguat. Sehingga, menjadi kabar baik bagi rupiah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Fundamental Rupiah Kuat

Bank Indonesia (BI) kemarin dalam pengumuman kebijakan moneter mempertahankan suku bunga acuannya BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

BI juga memperkirakan nilai tukar rupiah punya ruang untuk terus menguat. Soalnya, mata uang Ibu Pertiwi punya fundamental yang kokoh.

"Secara fundamental, semua faktor mendukung pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil bahkan apresiasi. Satu, defisit transaksi berjalan tetap rendah. Dua prospek ekonomi yang membaik. Tiga perbedaan yield (imbal hasil) Surat Berharga Negara dan US Treasury Bonds tetap menarik," papar Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), dalam jumpa pers usai Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi November 2021, Kamis (18/11/2021).

Transaksi berjalan di kuartal III-2021 bahkan mencatat surplus yang jumbo. BI melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membukukan surplus sebesar US$ 10,7 miliar pada kuartal III-2021. Jauh membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang defisit US$ 0,4 miliar.

"Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (19/11/2021).

Transaksi berjalan pada kuartal III-2021 mencatat surplus US$ 4,5 miliar atau 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Juga membaik ketimbang kuartal sebelumnya yang minus US$ 2 miliar (0,7% PDB).

Surplus di kuartal III-2021 tersebut menjadi yang tertinggi sejak kuartal IV-2009.

Kinerja transaksi berjalan terutama dikontribusikan oleh surplus neraca barang yang makin meningkat, didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sejalan dengan masih kuatnya permintaan dari negara mitra dagang dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama di pasar internasional.

Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular