
Tapering? Siapa Takut!

NPI adalah fundamental yang menentukan nasib Indonesia di tengah percaturan ekonomi dunia. Ketika NPI kuat dan sehat, maka ekonomi Indonesia tidak akan mudah 'digoyang' ketika ada guncangan eksternal.
Wa bil khusus, NPI menggambarkan pasokan valas atau devisa di perekonomian nasional. Kala pasokan devisa ini memadai, yang dicerminkan oleh suprlus, maka nilai tukar rupiah bakal lebih stabil.
Lebih khusus lagi yang menentukan arah rupiah adalah transaksi berjalan. Sebab, transaksi berjalan mencerminkan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Pasokan devisa dari pos ini lebih berjangka panjang, berkesinambungan, ketimbang dari transaksi modal dan finansial.
Oleh karena itu, Gubernur BI Perry Warjiyo yakin bahwa rupiah bakal stabil, bahkan bisa menguat. Ini karena fundamental rupiah kini lebih kokoh.
"Secara fundamental, semua faktor mendukung pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil bahkan apresiasi. Satu, defisit transaksi berjalan tetap rendah. Dua prospek ekonomi yang membaik. Tiga perbedaan yield (imbal hasil) Surat Berharga Negara dan US Treasury Bonds tetap menarik," papar Perry.
Surplus NPI dan transaksi berjalan ini menjadi modal kuat bagi rupiah (dan perekonomian Indonesia pada umumnya) untuk menghadapi tren perubahan arah kebijakan moneter dunia. Bank sentral di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS), mulai mengrangi stimulus moneter seiring tekanan inflasi dan pemulihan ekonomi usai 'dibantai' oleh pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Mulai bulan ini, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mulai mengurangi pembelian surat berharga. Pengurangan injeksi likuiditas ini sering disebut tapering off.
Pada 2013, The Fed melakukan hal serupa yang membuat perekonomian dunia kalang kabut. Kala itu, fundamental ekonomi Indonesia belum sekuat sekarang sehingga rupiah pun melemah tajam. Sepanjang 2013, rupiah terdepresiasi 26,27% di hadapan dolar AS.
Delapan tahun lalu, NPI membukukan defisit US$ 7,32 miliar, terparah sepanjang sejarah. Sedangkan transaksi berjalan minus 3,19% PDB, juga paling dalam sepanjang sejarah.
Fundamental yang rapuh itu membuat rupiah tidak bisa berbuat banyak. Mata uang Nusantara tidak berdaya saat terjadi 'huru-hara' di pasar keuangan dunia karena tapering.
Namun sekarang situasinya berbeda. Tapering sudah dimulai, tetapi rupiah tetap stabil.
Sejak akhir 2020 hingga kemarin, rupiah hanya melemah 1,32% di hadapan dolar AS. Rupiah jadi salah satu mata uang terbaik di Asia.
Tapering? Siapa takut...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
