Begini Strategi Produsen Batu Bara di Era Energi Hijau

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
18 November 2021 17:59
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memiliki target netral karbon pada 2060 mendatang atau lebih cepat dan pada tahun 2031 pemerintah akan memensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini tentu cukup berdampak pada produsen batu bara.

Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan telah melakukan berbagai upaya untuk memdukung energi hijau. Menurutnya, yang harus dilakukan Indonesia adalah mempersiapkan ketahanan energi, demi meningkatkan kualitas kehidupan penduduk Indonesia. Oleh karena itu,, BUMI masih fokus untuk memprioritaskan pasokan batu bara untuk PLN.

"Yang pertama kami lakukan adalah memasok untuk kebutuhan dalam negeri dan tentu saja kami juga setuju bahwa dunia butuh lebih bersih dan perubahan iklim tidak bisa terelakan," jelas Dileep kepada CNBCIndonesia, Kamis (18/11/2021).

Upaya yang dilakukan BUMI, menurut Dileep, seperti mengurangi emisi gas rumah kaca dan mulai melihat proyek gasifikasi dan metanol, yang setidaknya mulai bisa beroperasi pada 2024.

"Kami sedang menjajaki proyek hijau dan biru dengan tenaga angin dan matahari yang sangat ramah lingkungan di Sumatera. Termasuk juga energi yang berasal dari amonia," jelas Dileep.

Dileep Srivastava mengungkapkan dalam strategi jangka panjang atau 10-15 tahun ke depan adalah hilirisasi batu bara melalui anak usahanya Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia. Perusahaan akan berperan sebagai pemasok batu bara untuk proyek gasifikasi batu bara.

"Perusahaan melalui KPC juga sudah memproduksi captive power yang kami suplai ke PLN dan berencana menawarkan hybrid. BUMI juga meneliti dengan cermat daya tarik dan kesesuaian energi hijau dan proyek-proyek terkait untuk masa depan," kata Dileep.

Selain hilirisasi batu bara, perusahaan juga melakukan diversifikasi dengan meningkatkan kontribusi anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang bergerak di sektor penambangan emas dan logam. Dileep mengatakan emas, seng, tembaga, dan timbal yang diproduksi perusahaan memiliki proses yang menjanjikan di tengah fase supercycle.

"Bisnis batu bara BUMI akan terus stabil dan tetap menjadi sumber pendapatan yang penting, tetapi kami tidak memiliki rencana ekspansi yang signifikan untuk tumbuh di area ini," kata dia.

Dileep menambahkan secara paralel, fokus masa depan perusahaan untuk pertumbuhan sebagian besar akan beralih ke proyek hilir batubara. Dia menyebutkan hiliriasi termasuk gasifikasi, ruang energi hijau termasuk solar, melihat peluang hibrida.

Perusahaan juga akan meningkatkan investasinya di anak usaha seperti BRMS dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Dengan begitu bisa meningkatkan kontribusi anak usaha pada pendapatan BUMI sebagai induk. Dileep mengatakan strategi ini akan membuat BUMI terus menjadi penyumbang terbesar di sektor sumber daya ke kas negara melalui pajak, royalti dan retribusi.

"Pendapatan jangka panjang kami akan seimbang antara bisnis batubara tradisional yang tetap menarik, diselaraskan dengan proyek prioritas nasional untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil impor, seperti gasifikasi dan energi yang lebih bersih," ungkap Dileep.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Naik Tajam, Laba Bersih Bumi Resources (BUMI) Melonjak 45,5% di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular