BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Menguat ke Rp 14.225/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 18/11/2021 15:13 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuannya saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Kamis (18/11). Nilai tukar rupiah pun sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) meski tipis.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.230/US$ di pasar spot. Apresiasi rupiah bertambah menjadi 0,14% ke Rp 14.220/US$. Sayangnya hanya sampai di situ, penguatan rupiah kemudian terpangkas dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.225/US$ menguat 0,11% di pasar spot.

Indeks dolar AS yang terkoreksi pada perdagangan Rabu kemarin membuat rupiah langsung menguat di awal perdagangan hari ini. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kemarin sempat naik ke 0,34% ke 96,241, yang merupakan level tertinggi sejak Juli 2020. Namun di akhir perdagangan Rabu, justru mengalami koreksi 0,14%.


Sementara itu sesuai ekspektasi pasar, Gubernur BI Perry Warjiyo dan rekan tidak mengubah suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 November 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry dalam konferensi pers usai RDG, Kamis (18/11/2021).

BI 7 Day Reverse Repo Rate tidak berubah sejak Maret 2021. Artinya, suku bunga acuan sudah ditahan selama sembilan bulan beruntun. Suku bunga acuan di 3,5% adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Hasil polling Reuters menunjukkan BI diperkirakan akan menahan suku bunga hingga akhir tahun depan, dan tetap memperhatikan arah kebijakan moneter The Fed.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap bertahan di 3,5%.

James Sweeney, kepala ekonom di Credit Suisse mengatakan BI akan menaikkan suku bunga di tahun depan guna mencegah terjadinya capital outflow dam menjaga stabilitas rupiah.

"Saat The Fed mulai mengurangi kebijakan moneter akomodatifnya dan memulai tapering di kuartal IV-2021, kami melihat Bank Indonesia akan menjaga nilai tukar rupiah dari kemungkinan terjadinya capital outflow dengan menaikkan suku bunga di tahun depan," kata Sweeney, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (16/11).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perry Warjiyo Putuskan BI Rate Tetap 5,50%