Kena Tekanan Jual, Bursa Asia Mayoritas Ditutup Merah
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia berakhir terkoreksi pada perdagangan Rabu (17/11/2021),karena investor cenderung merespons negatif dari data ekspor Jepang yang kembali melambat pada Oktober lalu.
Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,4% ke level 29.688,33, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,25% ke 25.650,08, Straits Times Singapura turun 0,19% ke 3.232,68, dan KOSPI Korea Selatan ambles 1,16% ke posisi 2.962,42.
Sedangkan untuk indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,44% ke level 3.537,37 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir tumbuh 0,37% ke posisi 6.675,80.
Indeks Shanghai berhasil bertahan di zona hijau, ditopang oleh kenaikan saham sektor energi dan saham sektor logam non-ferrous di China pada hari ini.
Saham produsen lithium melonjak, dengan saham Tibet Summit Resources Co, Chengxin Lithium Group dan Tianqi Lithium Corp masing-masing melesat 10%.
Lonjakan ketiga saham produsen lithium China tersebut menyebabkan sub-indeks logam non-ferrous dan sub-indeks energi baru di Shanghai melesat masing-masing lebih dari 2,5%.
Sedangkan di Korea Selatan, indeks KOSPI memimpin pelemahan bursa Asia pada hari ini karena investor di Korea Selatan cenderung melepas saham, menyusul kenaikan kasus harian virus corona (Covid-19) di Negeri Ginseng tersebut dan mengurangi optimisme pelaku pasar di kawasan tersebut.
Kementerian Kesehatan Korea Selatan melaporkan ada 3.187 infeksi baru pada Selasa (16/11/2021) kemarin, tertinggi kedua sejak pandemi dimulai dan mendekati rekor 3.270 kasus harian yang ditandai pada akhir September.
Hal ini terjadi beberapa pekan setelah pemerintah Korea Selatan mengambil langkah pertama menuju 'hidup dengan COVID-19'.
Sementara itu dari Jepang, pertumbuhan ekspor Negeri Sakura terpantau melambat dan menghentikan ekspansi dua digit selama tujuh bulan terakhir pada Oktober lalu, karena melambatnya distribusi pengiriman mobil ke Amerika Serikat (AS) dan China, menyoroti risiko bagi ekonomi yang bergantung pada ekspor dari kendala pasokan global.
Kementerian Keuangan Jepang melaporkan ekspor Jepang pada bulan lalu hanya naik 9,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dari pertumbuhan ekspor pada September lalu yang naik 13%.
Angka ini juga sedikit di bawah perkiraan median pasar dalam survei Reuters yang naik 9,9%.
Pertumbuhan ekspor yang melambat menunjukkan kerentanan Jepang terhadap gangguan rantai pasokan yang sangat mengganggu industri mobil dan telah mengaburkan prospek permintaan luar negeri.
Berdasarkan wilayah, ekspor ke China, mitra dagang terbesar Jepang meningkat 9,5% dalam 12 bulan terakhir hingga Oktober, melambat dari 10,3% di bulan September karena pengiriman mobil ke negara itu turun 46,8%.
Sementara untuk pengiriman ke AS, hanya tumbuh 0,4% pada Oktober, juga dibebani oleh penurunan ekspor mobil, yang turun 46,4%.
Adapun impor Negeri Sakura tercatat naik 26,7% pada Oktober, juga lebih lambat dari kenaikan impor pada September lalu yang naik 38,6%.
Sementara itu dari AS, kontrak berjangka (futures) indeks saham AS sedikit berubah pada awal perdagangan pada hari ini, karena investor bersiap untuk laporan pendapatan dari peritel besar di AS, yakni Target dan Lowe's.
Pasar saham AS pada penutupan perdagangan Selasa kemarin menerima dorongan dari data penjualan ritel Negeri Paman Sam yang kuat dan angka produksi industri yang positif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)