Fluktuasi Batu Bara, Produsen 'Pede' Harga Tetap Tinggi

Rahajeng KH, CNBC Indonesia
Rabu, 17/11/2021 13:56 WIB
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara mengalami tekanan berat akhir-akhir ini. Kenaikan harga yang luar bisa tajam membuat komoditas ini rentan terserang aksi ambil untung (profit taking). Selain itu, hasil Konferensi Iklim di Glasgow (Skotlandia) menjadi sentimen negatif bagi batu bara.

Meski demikian produsen batu bara masih optimistis dengan tren harga tinggi yang akan menaungi selama beberapa waktu ke depan. Pasalnya, meski produksi batu bara naik dan permintaan naik, tidak ada penambangan baru yang dibangun lagi.

Waktu tunggu peralatan meningkat, keselamatan penambangan bawah tanah, cuaca, kerusakan infrastruktur, juga mempengaruhi output batu bara.


Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengatakan permintaan batu bara Indonesia meningkat tajam terutama untuk proyek hilir listrik, sehingga mengurangi ekspor. Hal ini akan membuat tren harga batu bara tetap tinggi.

Dia mengatakan kurva pasokan batu bara ke depan menunjukkan harga batubara akan berkisar antara US$ 135 per ton, hingga US$ 160 per ton.

"Bahkan setelah intervensi China pada harga, level ini 3 sampai 4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan level terendah di level US$ 48 per ton pada 2016. Jadi kami pada harga kami optimis saat ini," kata Dileep kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/11/2021).

Dia juga menegaskan penambangan batubara permukaan seperti di Indonesia jauh lebih sedikit polusi dan emisinya. Selain itu permintaan energi di kawasan Asia terus tumbuh, dan batu bara berkontribusi 60% diantaranya. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi pasca pandemi pun menurutnya masih belum bisa digantikan oleh energi baru terbarukan.

"Karena meningkatnya tekanan untuk tidak mendanai kapasitas batubara baru, batu bara adalah aset yang menipis dan membutuhkan ini. Berarti permintaan di Asia untuk batubara akan meningkat tetapi pasokan tidak mencukupi. Maka harga batu bara kemungkinan akan tetap tinggi tahun depan dan selama jangka menengah," jelas Dileep.

Sejumlah kalangan analis pun menilai sentimen negatif ini hanya bersifat sementara. Sebab, batu bara tetap masih dibutuhkan dan pemakaian batu bara tidak berarti hilang begitu saja.

"Kenyataannya adalah batu bara tetap akan dipakai, mungkin hingga dekade mendatang. Batu bara masih menjadi mesin uang," tegas Mathan Somasundaram, CEO Deep Data Analysis yang berbasis di Sydney (Australia), seperti diwartakan Reuters.


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Alasan Produsen Batu Bara Ramai-Ramai Incar Bisnis LNG & EBT