Bukan Soal Iklim! Ini Penyebab Pesta Minyak Segera Berakhir

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 17/11/2021 09:50 WIB
Foto: Ilustrasi: Fasilitas minyak terlihat di Danau Maracaibo di Cabimas, Venezuela, 29 Januari 2019. REUTERS / Isaac Urrutia

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pertumbuhan produksi minyak pada akhir tahun akan membantu melonggarkan pasokan global yang saat ini ketat.

Ramalan dari badan yang bermarkas di Prancis tersebut membuat harga minyak mentah turun pada perdagangan pagi ini. Pada Rabu (17/11/2021) pukul 08:57 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 82,02/barel, turun 0,50% dibandingkan sehari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 82,24/barel, turun 0,64%.


Foto: Refinitiv
Minyak

Permintaan minyak diprediksi akan menguat pada tahun 2022 karena konsumsi bensin yang tinggi dan meningkatnya perjalanan antar negara akibat negara yang mulai membuka pembatasan mobilitas.

IEA memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak mencapai 5,5 juta barel per hari untuk 2021 dan 3,4 juta barel per hari untuk 2022. Walaupun permintaan naik, IEA melihat koreksi harga akan terjadi karena peningkatan pasokan minyak.

"Berlawanan dengan harapan yang diungkapkan di Glasgow pada COP26, (koreksi) ini bukan karena permintaan menurun, melainkan karena meningkatnya pasokan minyak," kata IEA dalam laporan bulanannya.

Produksi minyak global naik 1,5 juta barel per hari pada kuartal terakhir tahun ini, menurut proyeksi IEA. Produksi AS menyumbang 400.000 barel dari pertumbuhan ini. Sementara, Arab Saudi dan Rusia masing-masing akan mencatat kenaikan 330.000 barel per hari, sejalan dengan target OPEC+.

Badan energi tersebut juga merevisi perkiraan pasokan minyak global menjadi 99,2 juta barel per hari pada kuartal empat, lebih tinggi 330.000 barel per hari dari perkiraan awal. Perkiraan pasokan tersebut naik 6,4 juta barel per hari dibandingkan tahun 2020.

IEA mengatakan bahwa harga minyak yang telah naik tinggi dalam setahun telah mendorong beberapa produsen AS untuk meningkatkan produksi. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi aliansi negara produsen minyak OPEC+.

OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, saat ini memiliki produksi harian sebesar 400.000 barel per bulan dan dinilai sudah cukup. "Itu sudah cukup," kata Menteri Energi UEA Suhail Al Mazrouei.

Mazrouei mengatakan pasar minyak akan beralih dari defisit pasokan menjadi surplus pada awal tahun 2022 dan itulah salah satu alasan utama OPEC+ tidak agresif dalam produksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran