Analisis Teknikal

Efek Pola Doji Masih Terasa, Hati-hati IHSG Lanjut Koreksi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 16/11/2021 06:51 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,53% ke 6.616,029 Senin kemarin, melanjutkan koreksi Jumat pekan lalu. IHSG sepertinya dilanda aksi profit taking, melihat posisinya yang berada di dekat rekor tertinggi sepanjang masa.Indikasinya semakin kuat jika melihat kabar baik dari dalam negeri.

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan ekspor Indonesia pada Oktober 2021 mencapai US$ 22,03 miliar, naik 53,35% secara year-on-year (YoY) dan 6,89% dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi ini juga membawa ekspor Indonesia kembali menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.


Sementara impor dilaporkan mencapai US$ 16,29 miliar, naik 51,06% YoY. Dengan nilai ekspor dan impor tersebut, surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Oktober sebesar US$ 5,74 miliar. Surplus tersebut menjadi rekor tertinggi sepanjang masa, melampaui rekor sebelumnya US$ 4,74 miliar yang tercatat pada Agustus lalu.

Selain mencatat rekor, neraca perdagangan Indonesia sudah mengalami surplus dalam 18 bulan beruntun.

Sementara pada perdagangan hari ini, Selasa (16/11), tekanan bagi IHSG masih cukup besar, melihat Wall Street yang turun tipis kemarin. 

Yield obligasi AS (Treasury) tenor 10 tahun naik ke 1,6% sementara tenor 30 tahun ke atas 2%. Ketika yield Treasury mengalami kenaikan, yang artinya pelaku pasar melihat bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat akibat tingginya inflasi. 

Berdasarkan perangkat FedWatch miliki CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan.

Suku bunga The Fed saat ini di 0% - 0,25%, sementara di Desember 2022, pasar melihat ada probabilitas sebesar 30,3% suku bunga The Fed di 0,75% - 1,00%. Saat bank sentral paling powerful di dunia ini menormalisasi suku bunganya, kenaikan akan dilakukan sebesar 25 basis poin (0,25%). Artinya, jika suku bunga diperkirakan 0,75%-1,00% di akhir 2022 maka ada 3 kali kenaikan.

Secara teknikal, IHSG akhirnya terkoreksi 2 hari beruntun setelah munculnya pola pola Doji pada Kamis (11/11). Pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun. Tetapi, mengingat Doji muncul saat posisi IHSG sedang tinggi, memang risiko koreksi menjadi lebih besar.

Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Kabar baiknya, indikator Stochastic pada grafik 1 jam sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Dengan stochastic berada di wilayah oversold maka peluang IHSG kembali naik cukup besar. Support terdekat berada di kisaran 6.600 hingga 6.590, jika ditembus IHSG berisiko turun ke 6.560 hingga 6.540. Sementara jika mampu bertahan di atas support, IHSG berpeluang kembali ke 6.650 hingga 6.670.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat Lebih Dari 1% & Tembus 7.600, Ada Kabar Apa Nih?