Rupiah 'Ganyang' Asia! Yen Paling Ngenes...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2021 12:00
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja rupiah pekan ini lumayan oke. Tidak hanya dolar Amerika Serikat (AS), mayoritas mata uang Asia pun takluk di hadapan rupiah.

Sepanjang pekan ini, mata uang Tanah Air menguat 0,64% secara point-to-point di perdagangan pasar spot melawan dolar AS. Pada perdagangan akhir pekan, US$ 1 setara dengan Rp 14.233 di mana rupiah menyentuh titik terkuat sejak 29 Oktober.

Di level Asia, rupiah pun perkasa. Dalam seminggu ini, hanya baht Thailand dan peso Filipina yang bisa membukukan penguatan di hadapan mata uang Ibu Pertiwi. Sisanya tidak selamat, diganyang oleh rupiah.

Yen Jepang jadi mata uang paling tragis, melemah lebih dari 1% di hadapan rupiah. Berikut perkembangan kurs mata uang utama Benua Kuning di hadapan rupiah di perdagangan pasar spot sepanjang pekan ini:

Halaman Selanjutnya --> Data Ekonomi Ciamik, Rupiah Melejit

Apa yang membuat rupiah perkasa?

Sepertinya investor makin percaya kepada rupiah karena kondisi ekonomi Indonesia yang terus membaik. Pekan ini ada sejumlah rilis data ekonomi dari Bank Indonesia (BI) yang memberi konfirmasi akan hal tersebut.

Pertama adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Oktober 2021, BI melaporkan IKK berada di 113,39, tertinggi sejak Maret 2020. Angka di atas 100 menunjukkan konsumen sudah percaya diri memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

"Kenaikan IKK terpantau pada seluruh kategori pengeluaran, tingkat pendidikan, dan kelompok usia responden. Secara spasial, IKK meningkat di hampir seluruh kota yang disurvei, tertinggi di kota Banten, diikuti Makassar dan Banjarmasin," sebut keterangan tertulis BI.

Kenaikan IKK, lanjut keterangan BI, terutama didorong oleh membaiknya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini terpantau membaik terutama persepsi terhadap lapangan kerja dan penghasilan saat ini.

"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat, seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas di berbagai wilayah Indonesia sebagai dampak respons penanganan Covid-19 yang makin baik," tambah keterangan BI.

Kedua adalah data penjualan ritel yang dicerminkan oleh Indeks Penjualan Riil (IPR). Pada September 2021, IPR berada di 189,5, terkontraksi (tumbuh negatif) 2,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Namun, BI memperkirakan penjualan ritel pada Oktober 2021 tumbuh positif. IPR Oktober 2021 diperkirakan berada di 193, naik 5,2% yoy.

"Peningkatan tertinggi terjadi pada Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Makanan, serta Minuman dan Tembakau. Responden menyatakan kenaikan kinerja penjualan sejalan dengan mulai meningkatnya permintaan masyarakat seiring pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas serta didukung kelancaran distribusi," tambah keterangan BI.

Prospek ekonomi yang cerah karena pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi 'perangsang' bagi investor untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia. Arus modal ini yang kemudian menjadi 'obat kuat' bagi mata uang Nusantara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kalau Pasar Buka, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular