Harga Minyak Nyungsep 3 Pekan Beruntun, Gegara The Fed nih!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2021 08:05
Iran
Foto: AP/Vahid Salemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak turun sepanjang pekan ini. Dengan begitu, harga si emas hitam sudah turun selama tiga pekan beruntun.

Minggu ini, harga minyak jenis brent terpangkas 0,69% secara point-to-point. Pada perdagangan akhir pekan, harga brent ditutup di US$ 82,17/barel, terendah sejak 4 November.

Sementara yang jenis light sweet turun 0,59% secara mingguan. Akhir pekan ini, harga light sweet ditutup di US$ 80,79/barel, juga terendah sejak 4 November.

Penguatan nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat (AS) membuat minyak tidak bisa berbuat banyak. Kedua aset ini memang punya hubungan yang berbanding terbalik.

Ini karena minyak adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Ketika dolar AS perkasa, minyak jadi lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan minyak turun, harga pun mengikuti.

Halaman Selanjutnya --> Kala The Fed Ikut Pengaruhi Harga Minyak

Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,86% secara point-to-point. Indeks ini naik dalam tiga pekan beruntun, persis dengan periode kejatuhan harga minyak.

Penguatan dolar AS datang dari persepsi investor bahwa bank sentral The Federal Reserve/The Fed kemungkinan akan mempercepat kenaikan suku bunga acuan demi meredam laju inflasi. Bulan lalu, inflasi di Negeri Stars and Stripes mencapai 6,2% year-on-year (yoy), tertinggi sejak Oktober 1990.

Saat suku bunga acuan naik, maka imbalan investasi di aset berbasis dolar AS (terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi) akan ikut terungkit. Akibatnya, dolar AS menjadi buruan pelaku pasar sehingga semakin 'mahal'.

"Minggu ini, kita diingatkan bahwa pasar minyak tidak hanya dipengaruhi oleh pasokan dan permintaan. Namun juga perkiraan arah kebijakan moneter. Suku bunga tinggi akan mendukung penguatan dolar AS dan menekan harga minyak," kata Louise Dickson, Senior Oil Markets Analyst di Rystad Energy, seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular