Kinclong Banget Harga Emas, Yuk Lah Merapat!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
13 November 2021 12:45
FILE PHOTO: Gold bars are seen in this picture illustration taken at the Istanbul Gold Refinery in Istanbul March 12, 2013.  REUTERS/Murad Sezer/File Photo
Foto: Ilustrasi Emas (REUTERS/Murad Sezer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia pada perdagangan pekan ini kembali mencatatkan penguatan, di mana pada pekan ini, penguatan harga emas dunia cenderung lebih baik dari penguatan pada pekan lalu.

Harga emas dunia pada pekan ini melonjak 2,6% secara point-to-point. Pada penutupan perdagangan Jumat (12/11/2021) kemarin, harga emas dunia menguat 0,14% ke level US$ 1.864,04/troy ons.

Makin positifnya harga emas dunia pada pekan ini didorong oleh melonjaknya inflasi Amerika Serikat (AS) pada periode Oktober 2021, sehingga investor cenderung beralih ke aset investasi yang memiliki peran sebagai aset lindung nilai (hedging) dari tinggi inflasi.

Sebelumnya pada Rabu malam waktu Indonesia, Indeks harga konsumen (IHK) AS dilaporkan melesat 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau lebih panas dari estimasi ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 5,9%.

Angka itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 1990. Secara bulanan (month-on-month/mom), IHK melompat 0,9% atau di atas estimasi yang sebesar 0,6%.

Pada Selasa (9/11/2021) malam waktu Indonesia, indeks harga produsen (producer price index/PPI) dilaporkan naik 0,6% secara bulanan, atau sesuai ekspektasi ekonom dalam polling Dow Jones. Namun, indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

Kenaikan IHK dan PPI AS membuat imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS (Treasury) melonjak hingga sekitar 12 basis poin (bp) ke level 1,5% pada perdagangan Rabu waktu AS, dari sebelumnya di level 1,4%.

Kenaikan imbal hasil mengindikasikan koreksi harga karena aksi jual investor. Inflasi tinggi menggerogoti keuntungan dari kupon obligasi.

Ketika yield Treasury melonjak, investor cenderung melepas saham, utamanya saham teknologi, sehingga mereka mencari investasi alternatif lainnya yang dianggap sebagai aset lindung nilai (hedge).

Dalam situasi inflasi tinggi, berinvestasi di emas menjadi menguntungkan karena sifat alamiahnya sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Menyimpan emas akan membantu menopang daya beli ketika inflasi tinggi, karena dalam jangka panjang harga emas pasti naik.

"Sekali lagi, data inflasi begitu 'panas'. Emas adalah pelindung inflasi yang terbaik, sehingga kami meyakini data inflasi akan menjadi modal reli harga emas pada pekan dan bulan-bulan mendatang," tegas David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, seperti dikutip dari Reuters.

Sejalan dengan tren positif yang masih terjadi di emas, Warren Venketas, analis di DailyFX memprediksi harga emas bisa mencapai US$ 2.000 lagi di tahun depan.

"Ini sangat mungkin terjadi (emas ke US$ 2.000 di tahun 2022), kita belum melihat emas merespon penuh tingginya inflasi," kata Venketas.

Menurutnya, jika ekspektasi inflasi pergerakannya melebihi yield obligasi (Treasury) maka harga emas akan reli lagi di akhir tahun ini. Dan hal tersebut sangat mungkin terjadi, sehingga Vanketas memberikan proyeksi yang sangat bullish (tren naik) untuk emas.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Emas Dunia Sepekan Masih Drop 0,5%, Apa Pemicunya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular