Analisis Teknikal

Bursa Saham Global Ijo Royo-royo, IHSG Pecah Rekor Lagi Gih!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 12/11/2021 07:10 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya sukses memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa 6.704,464 Kamis kemarin. Meski demikian, IHSG mengakhiri perdagangan di 6.691,342 atau menguat 0,12% saja.

Kabar baik dari China kemarin membuat bursa saham menghijau. Raksasa properti Evergrande Group dilaporkan mulai membayar kupon kepada beberapa pemegang obligasinya. Kasus gagal bayar sektor properti China sebelumnya memicu kecemasan akan berdampak meluas dan memberikan tekanan ke pasar saham. Namun, saat ini kecemasan tersebut mulai mereda.  


IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatan dan memecahkan rekor sepanjang lagi pada perdagangan Jumat (12/11). Sebab, bursa saham global termasuk Wall Street menguat pada perdagangan Kamis, mulai lepas dari kecemasan akan tingginya inflasi di Amerika Serikat (AS). 

Secara teknikal, IHSG akhirnya sukses memecahkan rekor tertinggi dan mencapai 6.700 untuk pertama kali sepanjang sejarah kemarin. Tanda-tandanya sudah terlihat sejak Rabu lalu ketika IHSG mampu mengakhiri perdagangan di atas ekor (tail) pola Dragonfly Doji yang berada di 6.673,515.

Pola Dragonfly Doji dibentuk pada Selasa (26/10) yang merupakan merupakan sinyal reversal atau pembalikan arah. Sejak saat itu, IHSG mengalami koreksi dan baru bangkit lima hari terakhir.

Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Namun, setelah mencatat rekor tertinggi yang baru, IHSG malam membentuk pola Doji. Tidak seperti Dragonfly Doji yang menjadi sinyak reversal, pola Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.

Tetapi, mengingat Doji muncul saat posisi IHSG sedang tinggi, risiko koreksi menjadi lebih besar. Apalagi melihat indikator Stochastic yang baru saja keluar dari wilayah jenuh beli (overbought) pada grafik 1 jam.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran 6.630, jika ditembus IHSG berisiko terkoreksi ke 6.600 hingga 6.590.

Sementara jika mampu menembus 6.700, IHSG berpeluang memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa lagi, menuju 6.730.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"