Jelang Rilis Data Inflasi China-AS, Bursa Asia Dibuka Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
10 November 2021 08:50
A panel displays the closing morning trading Hang Seng Index outside a bank in Hong Kong, China February 6, 2018. REUTERS/Bobby Yip
Foto: Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka di zona merah pada perdagangan Rabu (10/11/2021), di tengah sikap investor yang menanti rilis data inflasi di China dan Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2021 pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,18%, Hang Seng Hong Kong terpangkas 0,33%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,34%, Straits Times Singapura turun tipis 0,05%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,37%.

Data inflasi China, baik dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) maupun dari sisi produsen (producer price index/PPI) periode Oktober 2021 akan dirilis pada pagi hari ini pukul 09:30 waktu setempat atau pukul 08:30 WIB.

Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan inflasi Negeri Panda dari sisi harga konsumen (IHK) pada Oktober akan meningkat sebesar 1,2%. Sementara inflasi dari sisi harga produsen (PPI) diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 11,5%.

Investor saat ini khawatir bilamana China akan mengalami periode 'stagflasi'. Stagflasi adalah fenomena ekonomi di mana harga naik tetapi aktivitas bisnis mengalami stagnasi, yang menyebabkan tingginya pengangguran dan berkurangnya daya beli konsumen.

Di lain sisi, krisis likuiditas masih mengancam perusahaan properti di Negeri Panda, di mana perusahaan properti Kaisa Group kini mendapat giliran terkena risiko gagal bayar (default), seperti beberapa perusahaan properti China sebelumnya yakni Evergrande, Fantasia Holdings, Sinic Holdings, dan Modernland.

Pada Jumat (5/11/2021) pekan lalu, otoritas bursa setempat menangguhkan perdagangan saham Kaisa Group di bursa Hong Kong, beserta anak usahanya.

Serentetan masalah properti di China ini membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberi peringatan. Tekanan di sektor real estate China, termasuk Evergrande yang terlilit utang berpotensi berdampak ke AS. Apalagi jika ini menyebar ke sistem keuangan China.

Dalam laporan stabilitas keuangan terbaru, The Fed mengatakan ada kekhawatiran tentang tingkat utang yang tinggi dan peningkatan nilai properti yang menyebabkan regulator Beijing mengambil tindakan. Tekanan dapat menyebabkan koreksi tiba-tiba harga real estate dan berdampak ke sistem keuangan China.

"Mengingat ukuran ekonomi dan sistem keuangan China serta hubungan perdagangannya yang luas dengan negara-negara lain di dunia, tekanan keuangan di China dapat membebani pasar keuangan global. Melalui penurunan sentimen risiko, dan menimbulkan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi global-AS," kata laporan itu, dikutip AFP, Selasa (9/11/2021).

Pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa (9/11/2021) waktu setempat, di mana Wall Street berbalik arah ke zona koreksi setelah selama sepekan lebih mengalami penguatan harga dan mencetak rekor terbarunya.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,31% ke level 36.319,98, S&P 500 terkoreksi 0,35% ke posisi 4.685,25, dan Nasdaq Composite merosot 0,6% menjadi 15.886,54.

Koreksi di Wall Street pada perdagangan kemarin dinilai masih wajar karena selama sepekan lebih, ketiga indeks utama di Wall Street mencatatkan reli dan terus mencetak rekor terbarunya.

Dari data ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga produsen (producer price index/PPI) AS pada bulan Oktober lalu naik 0,6% secara bulanan (month-on-month/mom).

Angka ini sejalan dengan perkiraan konsensus Dow Jones. Namun, Indeks harga grosir per Oktober melesat 8,6% secara tahunan, menjadi rekor tertinggi dalam 11 tahun terakhir.

Seperti di China, AS juga akan merilis data inflasi dari sisi konsumen (IHK) periode Oktober 2021 pada hari ini pukul 08:30 waktu AS atau pukul 20:30 WIB.

Ekonom dalam polling Reuters memperkirakan IHK Negeri Paman Sam pada Oktober akan bertambah sebesar 0,6%, dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan, IHK AS diperkirakan bertambah sebesar 5,8%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular