
IHSG Dekati 6.700, Ini Deretan Saham Big Cap Jagoan Investor!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak lima saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang menghuni indeks LQ45 mencatatkan kinerja apik selama sebulan terakhir, di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencoba menembus level 6.700.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin (8/11), IHSG ditutup naik 0,77% ke posisi 6.632,297. Dalam sebulan IHSG naik 2,32%, sedangkan sejak awal tahun (year to date/ytd) melesat 10,93%.
Adapun indeks LQ45 berhasil naik 1,14% dalam 30 hari belakangan.
Berikut ini 5 saham big cap yang terhimpun dalam indeks LQ45 dengan kenaikan tertinggi dalam sebulan.
5 Saham LQ45 dengan Lonjakan Harga Terbesar dalam Sebulan
Emiten | Kode Ticker | Harga Terakhir | % 1 Bulan |
Indocement Tunggal Prakarsa | INTP | 12375 | 21.62 |
Semen Indonesia (Persero) | SMGR | 9575 | 18.58 |
Kalbe Farma | KLBF | 1620 | 17.39 |
Bank Negara Indonesia (Persero) | BBNI | 7050 | 14.63 |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 3130 | 14.23 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) |Harga terakhir per 8 November 2021
Dari data di atas, tercatat ada dua saham emiten industri semen, yakni INTP dan emiten BUMN SMGR. Kemudian, tiga sisanya adalah saham emiten farmasi KLBF, perbankan BUMN BBNI, dan emiten tambang emas Grup Saratoga MDKA.
Duo saham semen memang sedang menemukan momentum akhir-akhir ini. Saham INTP melonjak 21,62% ke harga Rp 12.375/saham, per penutupan Senin (8/11).
Penguatan saham INTP ini diiringi dengan aksi beli bersih oleh asing dalam sebulan senilai Rp 25,53 miliar di pasar reguler.
Indocement sendiri belum melaporkan kinerja keuangan per akhir September 2021. Namun, berkaca pada kinerja semester I tahun ini, rapor keuangan Indocement tergolong positif.
Indocement mencatatkan laba bersih Rp 586,57 miliar di akhir Juni 2021, naik 25% dari Rp 457,88 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara, pendapatan perusahaan ditutup di angka Rp 6,67 triliun, yang tumbuh dari akhir periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,17 miliar.
Lalu, saham SMGR sukses melesat 18,58% ke posisi Rp 9.575/saham dalam sebulan. Berbeda dengan INTP, asing malah melego saham SMGR dengan catatan jual bersih Rp 247,18 miliar di pasar reguler.
Mengenai kinerja keuangan, holding BUMN Semen tersebut mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,39 triliun di 9 bulan tahun ini atau per September 2021 (kuartal III-2021). Laba bersih SMGR ini terkoreksi 9,7% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,54 triliun.
Sementara, pendapatan induk Semen Gresik, Semen Tonasa, Semen Padang, dan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) eks Holcim ini tercatat sebesar Rp 25,33 triliun, turun 1,13% dari sebelumnya Rp 25,62 triliun.
Kendati di tengah sentimen negatif mengenai meroketnya harga batu bara--yang sempat di atas US$ 200/ton--yang membuat ongkos produksi semen semakin mahal, sebenarnya ada beberapa sentimen positif bagi industri semen ke depan.
Pertama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan memberikan harga jual batu bara untuk industri semen dan pupuk di dalam negeri sebesar US$ 90 per ton. Hal ini untuk menjawab permintaan industri semen sebelumnya yang mengeluhkan tingginya harga batu bara.
Harga khusus ini berlaku efektif per 1 November 2021 sampai dengan 31 Maret 2022 mendatang.
Kedua, pemulihan volume konsumsi semen diprediksi akan semakin terlihat pada 2022, setelah mengalami tahun yang sulit di tengah pandemi.
Ini lantaran kasus Covid-19 di Tanah Air yang perlahan melandai dan diikuti dengan pembukaan aktivitas ekonomi secara bertahap.
Hal tersebut diutarakan analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya yang terbit pada Senin (8/11).
Mimi mencatat, hingga akhir September 2021, konsumsi semen domestik tumbuh sebesar 5,4% secara tahunan (year on year/YoY). Angka ini jauh lebih baik dari pertumbuhan pada 9 bulan pertama tahun lalu (-9,3% YoY) dan hingga kuartal III 2019 (-1,4% YoY).
"Namun, kami percaya bahwa itu bisa lebih tinggi jika tidak ada pembatasan aktivitas publik yang lebih ketat selama kuartal III 2021, mengingat konsumsi semen domestik hingga semester I kumulatif sebenarnya sudah naik sebesar 7,2% YoY," jelas Mimi dikutip CNBC Indonesia, Selasa (9/11).
NEXT: Analisis Saham MDKA hingga BBNI
Saat ini, Mirae Asset memperkirakan konsumsi semen domestik untuk sepanjang tahun 2021 dan 2022 masing-masing akan tumbuh menjadi sekitar 66,2 juta ton ( 5,8% YoY) dan 70,3 juta ton ( 6,2% YoY).
Ketiga, total kapasitas terpasang industri semen tetap tinggi, kendati pasokan kapasitas tambahan hanya bakal tumbuh bertahap. Ini lantaran produsen masih menunda ekspansi di tengah melambatnya permintaan dan pasokan yang berlebih.
Kembali mengacu ke riset Mirae di atas, total kapasitas terpasang industri semen di Indonesia diperkirakan sekitar 122 juta ton untuk tahun 2022.
"Karena kami hanya memperkirakan konsumsi semen domestik sepanjang 2022 hanya sekitar 70,3 juta ton, kami mengantisipasi adanya kesenjangan yang terus berlanjut antara pasokan kapasitas dan permintaan di pasar untuk beberapa tahun ke depan," jelas Mimi Halimin dari Mirae Asset, dalam riset terbarunya.
Mirae pun kembali memberikan bobot overweight untuk sektor semen. Mirae merekomendasikan beli (buy) untuk saham SMGR dengan target price Rp 12.000 dan rekomendasi beli (buy) INTP dengan target price Rp 14.100.
Selain, duo semen di atas, masih ada 3 saham lagi yang berhasil melesat.
Saham KLBF melonjak 17,39% dalam sebulan terakhir. Asing pun berbondong-bondong masuk dengan catatan beli bersih Rp 1,40 triliun di pasar reguler.
Rapor keuangan Kalbe Farma pun ciamik. Kalbe Farma mencetak laba bersih sebesar Rp 2,29 triliun hingga triwulan ketiga tahun ini, naik 12,84% secara tahunan dari laba bersih Rp 2,03 triliun pada akhir September 2020.
Laba bersih tersebut ditopang oleh naiknya penjualan dan pendapatan bersih sebesar 11,72% secara tahunan dari Rp 17,10 triliun pada kuartal ketiga tahun lalu menjadi Rp 19,10 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Di bawah saham KBLF, ada saham bank pelat merah BBNI yang terkerek naik 14,63% ke RP 7.050/saham. Kenaikan saham BBNI dibarengi oleh masuknya asing dengan nilai beli bersih Rp 486,53 miliar di pasar reguler.
Soal kinerja keuangan teranyar, BNI tercatat membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk secara konsolidasian sebesar Rp 7,75 triliun pada September 2021 atau per kuartal III, meningkat 79,33% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 4,32 triliun.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, Senin (25/10/2021), pada 9 bulan pertama tahun ini, BBNI mencatatkan pendapatan bunga sebesar Rp 37,52 triliun, lebih rendah dari tahun sebelumnya Rp 42,03 triliun.
Terakhir, saham MDKA yang berhasil tumbuh 14,23% dalam sebulan ke harga Rp 3.130/saham. Seperti mayoritas saham di atas, saham MDKA juga ramai diborong asing dalam 30 hari terakhir dengan nilai beli bersih Rp 288,29 miliar di pasar reguler.
Seperti Indocement, Merdeka Copper belum melaporkan kinerja hingga kuartal III tahun ini.
Bila menilik laporan keuangan hingga akhir Juni 2021, kinerja keuangan Merdeka Copper tidak menggembirakan.
Merdeka Copper membukukan laba bersih sebesar US$ 5,86 juta$ atau senilai Rp 85,08 miliar dengan asumsi kurs Rp 14.500 per US$ pada periode semester pertama 2021. Angka ini turun signifikan dibandingkan semester pertama tahun 2020 lalu yang tercatat sebesar US$ 38,26 juta atau setara Rp 554,84 miliar.
Penurunan laba tersebut imbas dari anjloknya pendapatan usaha MDKA selama 6 bulan pertama tahun ini sebesar US$ 135,42 juta atau setara Rp 1,96 triliun dari sebelumnya US$ 198,81 juta atau senilai Rp 2,88 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jos! Saham 'Old Economy' LQ45 Bangkit, Saat Bukalapak cs Loyo
