
Gegara Bayar Utang, Tren Rekor Cadangan Devisa RI Terhenti

Krisis energi yang melanda berbagai negara, mulai dari Eropa, kemudian China dan lainnya membuat harga komoditas melonjak. Dimulai dari kenaikan harga gas alam, memicu kenaikan harga batu bara, minyak mentah, dan komoditas lainnya.
Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor komoditas tentunya diuntungkan.
Harga batu bara meroket gila-gilaan. Sepanjang tahun ini, harga batu bara acuan ICE Newcastle Australia sempat meroket hingga 240% hingga 5 Oktober lalu. Meski belakangan ini harga batu bara tersebut berbalik merosot.
Kenaikan tajam tersebut membuat Harga Batu Bara Acuan (HBA) di dalam negeri terus naik. Di bulan September, HBA tercatat sebesar US$ 150,03 per ton yang merupakan level tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Sementara di bulan Oktober HBA meroket lagi ke US$ 161,63 per ton.
Kemudian harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) juga mencatat rekor tertinggi sepanjang masa. Rata-rata harga CPO di bursa Derivatif Malaysia pada bulan Oktober sebesar 5.025 ringgit/ton atau sekitar US$ 1.200/ton, melesat 12,5% dibandingkan rata-rata harga bulan sebelumnya.
Alhasil, harga referensi CPO di dalam negeri juga mengalami peningkatan.
Di bulan Oktober harga referensi CPO sebesar US$ 1.196,60 /metric ton (MT), naik 1% dari bulan sebelumnya.
Harga referensi ini menjadi pedoman penentuan tarif bea keluar dan tarif pungutan ekspor komoditi kelapa sawit, CPO, beserta produk turunannya.
Harga referensi tersebut jauh dari batas US$ 750/MT, sehingga di bulan Oktober pemerintah menetapkan bea keluar sebesar US$ 166/MT.
Batu bara dan CPO merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, keduanya terus mencatat kenaikan signifikan. Belum lagi komoditas lainnya yang juga harganya mengalami kenaikan, sehingga bisa menambah devisa negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]