PDB RI Melambat, Rupiah Merosot ke Rp 14.375/US$, IHSG Drop!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 November 2021 09:32
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sudah membukukan pelemahan 4 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) dengan total 1,27%. Pada awal perdagangan Jumat (5/11) rupiah kembali melemah setelah s pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 dilaporkan melambat.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di Rp 14.340/US$. Depresiasi makin membengkak hingga 0,28% ke Rp 14.375/US$ pada pukul 9:20 WIB. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 5 Agustus lalu.

Pada April-Juni 2021, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Akan tetapi, laju yang cepat itu tidak bertahan lama. Badan pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 tumbuh 3,51% yoy.

Rilis tersebut di bawah median proyeksi pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan PDB pada kuartal III-2021 tumbuh 3,61% yoy. 

Pengetatan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat gelombang kedua pandemi penyakit virus corona (Covid-19) menjadi pemicu pelambatan ekonomi tersebut.

Sementara itu dari Amerika Serikat, setelah bank sentralnya (The Fed) mengumumkan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) kemarin, pelaku pasar kini menanti rilis data tenaga kerja AS malam ini.

Data tersebut bisa memberikan gambaran seberapa kuat pasar tenaga kerja AS yang merupakan salah satu acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Jika data tersebut menunjukkan perbaikan yang signifikan, maka ekspektasi kenaikan suku bunga di tahun depan akan semakin menguat.

Ketua The Fed, Jerome Powell, saat pengumuman kebijakan moneter mengatakan pasar tenaga kerja bisa mencapai "tenaga kerja maksimum" pada pertengahan tahun depan.

Ketika sudah mencapai "tenaga kerja maksimum" maka suku bunga kemungkinan besar akan segera dinaikkan.

Dengan proyeksi tersebut, peluang suku bunga dinaikkan di semester II-2022 cukup besar.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 38% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25%-0,5% di bulan September tahun depan. Kemudian ada probabilitas sebesar 32,9% suku bunga akan dinaikkan menjadi 0,5%-0,75% pada bulan Desember 2022.

Artinya, pasar memperhitungkan The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali di tahun depan.

Dari pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,05% di 6.582 pada pukul 09.30 WIB, Jumat ini, dengan nilai transaksi Rp 2,08 triliun. Ada 212 saham naik, 221 saham melorot dan 182 saham stagnan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular