Tak Ada Taper Tantrum, Pelemahan Rupiah Hanya Sementara

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 November 2021 12:41
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (4/11). Rupiah merespon bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengumumkan kebijakan moneter dini hari tadi.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% di Rp 14.300/US$. Sempat menguat tipis 0,04%, rupiah kembali masuk ke zona merah hingga ke Rp 14.320/US$ atau melemah 0,17%.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.315/US$ dengan pelemahan 0,14%.

Momen yang ditunggu-tunggu pasar finansial dunia akhirnya tiba, The Fed resmi mengumumkan tapering. Tetapi tidak seperti 2013 yang memicu gejolak atau dikenal dengan istilah taper tantrum.

Pelemahan rupiah pada hari ini juga terbilang sama seperti perdagangan normal.

The Fed mengumumkan tapering sesuai dengan prediksi pasar yakni sebesar US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan.

Selain itu, The Fed juga masih menegaskan tingginya inflasi di AS hanya bersifat sementara, yang menjadi indikasi suku bunga baru akan dinaikkan pada tahun 2023, tidak di tahun depan. Alhasil pasca pengumuman tersebut indeks dolar AS merosot 0,25% ke 93,852. Tetapi hari ini kembali naik 0,16%, yang membuat rupiah melemah.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) menyebut pelemahan rupiah hanya bersifat sementara, dan pelaku pasar tidak perlu cemas berlebihan.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Hariyadi Ramelan kepada CNBC Indonesia, Kamis (4/11/2021).

"Situasi pelemahan diperkirakan temporer seiring wait and see kebijakan moneter negara maju. Stabilitas nilai tukar rupiah diyakini tetap terjaga ditopang kondisi fundamental yang kuat dan attractiveness aset keuangan domestik yang relatif tinggi dibandingkan emerging market lainnya," jelasnya.

"Penyebab pelemahan nilai tukar dipengaruhi antisipasi FOMC dan MPC BoE (bank sentral Inggris) yang diyakini akan mengurangi stimulus dan mulai menormalisasi kebijakan moneternya," jelasnya.

Kondisi tersebut direspons dengan mengalirnya dana keluar Indonesia, khususnya di aset keuangan pada surat berharga negara (SBN). Meski demikian, Hariyadi mengungkapkan hal tersebut masih cukup baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya yang alami pelemahan nilai tukar lebih dalam.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang memangkas pelemahan hingga berbalik menguat, melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.326,90Rp14.318,9
1 BulanRp14.348,40Rp14.352,0
2 BulanRp14.405,00Rp14.401,9
3 BulanRp14.451,00Rp14.449,6
6 BulanRp14.587,00Rp14.597,8
9 BulanRp14.732,00Rp14.746,8
1 TahunRp14.871,90Rp14.899,7
2 TahunRp15.418,00Rp15.492,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular