Tapering Tanpa Tantrum Dimulai! IHSG Berani di Jalur Hijau

Putra, CNBC Indonesia
04 November 2021 09:18
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021).  Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,55% ke level 6.588,19 pada awal perdagangan, Kamis (4/11/2021).

IHSG naik 0,59% ke level 6.591,21 hingga 09.10 WIB, Asing terpantau membeli saham-saham domestik di pasar reguler dengan net buy mencapai Rp 9 miliar.

Saham yang banyak diborong asing adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy masing-masing sebesar Rp 13,6 miliar dan Rp 8,6 miliar.

Saham yang banyak dilego asing adalah saham PT Allo Bank Tbk (BBHI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 1,5 miliar dan Rp 2,4 miliar.

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang menggembirakan. Hijaunya Wall Street bisa membuat mental bertanding investor di Asia menjadi siap tempur.

Kedua, pelaku pasar juga perlu mencerna keputusan rapat FOMC kali ini. Soaltaperingsudah jelas, bakal berkurang US$ 15 miliar setiap bulannya. Dengan kecepatan ini,taperingakan rampung dalam delapan bulan, persis dengan ekspektasi.

Seperti yang disebut sebelumnya,taperingsepertinya sudah masuk hitungan pelaku pasar. Semua sesuai ekspektasi, tidak ada kejutan. Pelaku pasar sudah menyesuaikan diri dengan baik.

"Ada beberapa alasan pengetatan kebijakan moneter di AS tidak akan menyebabkan eksodus arus modal asing di negara berkembang seperti 2013. Pertama,yield(imbal hasil) obligasi pemerintah AS sekarang malah turun, tidak sepertitaper tantrum2013. Kedua, pelaku pasar punya waktu berbulan-bulan karena The Fed telah melakukan komunikasi sebelumnya.

"Ketiga, ketahanan eksternal negara-negara berkembang sekarang semakin kuat sehingga mampu meredam tekanan. Defisit transaksi berjalan (current account deficit) membaik, demikia pula cadangan devisa. Keempat, kredibilitas bank sentral negara-negara berkembang pun kini lebih kuat," papar riset Citi.

Oleh karena itu, rasanya dampak tapering ke pasar keuangan Asia (termasuk Indonesia) bakal minimal. Risiko koreksi tentu ada, tetapikokkemungkinan tidak sampai terjadi aksi jual massal (sell-off). Semua aman terkendali bin kondusif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular