
IPO Jumbo Mitratel, Seperti Apa Industri Menara Telko RI?

Analis Verdana Nomura Raymond Kosasih mengungkapkan, potensi bisnis menara di tanah air masih berpotensi tumbuh. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan trafik data di Indonesia berkisar 40-50%.
Ditambah dengan keterbatasan jumlah spektrum/frekuensi, sehingga kebutuhan akan menara bakal tetap tinggi pada masa mendatang. Hal ini membuka ruang bagi pelaku industri menara melakukan konsolidasi.
"Saat ini, melalui kajian kami, penetrasi jumlah menara di Indonesia termasuk rendah dibandingkan beberapa negara, seperti Brasil dan/atau India. Ratio populasi per menara di Indonesia masih termasuk yang tinggi di kisaran 2,250 dibandingkan Brasil dan India yang berkisar 2,100," kata Raymond kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/11/2021).
Menurutnya, ini bisa menjadi peluang bagi Mitratel, yang meskipun mayoritas sahamnya dikuasai oleh Telkom, perseroan tetap menjaring operator-operator lainnya di luar Grup Telkom sebagai tenant, baik dalam built-to-suit (membangun menara baru) dan/atau co-location (co-lo).
Operator-operator di luar Grup Telkom juga sangat terbuka untuk melakukan co-location di menara-menara milik Mitratel. Sebagai bukti, atas menara-menara yang dimiliki oleh Mitratel dari tahun 2010 memiliki rasio co-lo di kisaran 1,9 kali, lalu 1,7 kali untuk menara yang dimiliki sejak 2011, dan seterusnya.
Sementara itu, Research Analyst Indo Premier Sekuritas Hans Tantio menyebutkan, industri tower masih memiliki ruang pertumbuhan yang cukup baik, apalagi sebentar lagi Indonesia akan memasuki era teknologi 5G.
(hps/hps)[Gambas:Video CNBC]