Wah...Wah! Bursa Asia Merah Membara, kecuali Kospi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka melemah pada perdagangan Rabu (3/11/2021), di tengah sikap investor yang cenderung berhati-hati menanti hasil rapat dari bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/11/2021) dini hari waktu Indonesia.
Hanya indeks KOSPI Korea Selatan yang dibuka di zona hijau pada pagi hari ini, yakni dibuka menguat 0,21%.
Sedangkan sisanya dibuka di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,31%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,2%, dan Straits Times Singapura turun 0,11%.
Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional memperingati hari 'Bunka no Hi' (Hari Kebudayaan).
Dari Korea Selatan, Saham Kakao Pay yang baru pertama kali diperdagangkan di bursa saham Korea Selatan pada Rabu (2/11/2021) kemarin melonjak lebih dari dua kali lipat dari harga penerbitan sebesar 90.000 won, atau meroket hingga sekitar 108% dari harga penerbitannya.
Adapun saham Kakao lainnya, yakni Kakao Games juga melonjak 3,47%. Namun saham Kakao Corp merosot 0,39% dan Kakao Bank turun 4,99%.
Sementara itu dari China, data aktivitas jasa yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Oktober akan dirilis pada hari ini pukul 09:45 waktu setempat atau pukul 08:45 WIB.
Melemahnya sebagian besar bursa Asia pada awal perdagangan hari ini terjadi di tengah kembali menguatnya bursa saham AS, Wall Street pada penutupan perdagangan Rabu kemarin waktu setempat atau dini hari tadi waktu Indonesia.
Tiga indeks utama di Wall Street ditutup menghijau. Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,39% ke level 36.052,63, S&P 500 bertambah 0,37% ke 4.630,71, dan Nasdaq Composite tumbuh 0,34% ke posisi 15.649,60.
Meskipun Wall Street kembali menguat bahkan kembali mencetak rekor tertinggi barunya, namun investor di Wall Street cenderung memasang sikap wait and see.
Hal ini karena mereka menanti hasil dari rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dimulai pada hari ini hingga Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar memperkirakan suku bunga acuan tetap bertahan di 0-0,25%. Mengutip CME FedWatch, peluang Federal Funds Rate tetap mencapai 100%.
Namun kali ini, pelaku pasar tidak berfokus pada suku bunga acuan, tetapi mereka berfokus pada pengurangan pembelian surat berharga alias tapering off.
Sejak tahun lalu, Ketua The Fed Jerome Powell dan koleganya memutuskan untuk memborong surat berharga di pasar senilai US$ 120 miliar setiap bulannya. Ini dilakukan untuk menopang perekonomian Negeri Paman Sam yang babak belur dihantam pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Namun kini ekonomi AS sudah mulai pulih. Laju inflasi terakselerasi, pertanda konsumsi dan daya beli sudah kembali. Penciptaan lapangan kerja semakin masif, angka pengangguran pun menurun.
Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya The Fed menginjak rem. Injeksi likuiditas mungkin sudah tidak perlu terlampau besar.
Pasar berekspektasi The Fed akan mengumumkan tapering esok hari. Sebagai awalan, pembelian surat berharga diperkirakan bakal berkurang US$ 15 miliar.
Nantinya pembelian surat berharga diperkirakan berkurang US$ 15 miliar setiap bulannya. Dengan kecepatan itu, maka tapering akan selesai dalam delapan bulan atau pertengahan tahun 2022. Baru setelah itu mungkin The Fed mulai memikirkan soal kenaikan suku bunga acuan.
"Sejauh ini The Fed melakukan komunikasi dengan baik kepada publik, sehingga rasanya besok tidak akan ada kejutan. Namun kami melihat pasar mulai melakukan penyesuaian, karena kemungkinan iklim suku bunga tinggi akan segera datang," kata Rick Meckler, Partner di Cherry Lane Investments yang berbasis di New Jersey (AS), seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)