Bursa Asia Ditutup Berjatuhan Lagi, tapi KOSPI Malah Melesat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa (2/11/2021), karena investor semakin khawatir dengan potensi 'stagflasi' di China.
Hanya indeks Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan yang ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Indeks saham acuan Negeri Singa ditutup menguat 0,41% ke level 3.232,37, sedangkan indeks saham acuan Negeri Ginseng melesat 1,16% ke 3.013,49.
Sementara sisanya ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Shanghai Composite China memimpin koreksi bursa Asia, dengan ditutup ambles 1,1% ke level 3.505,63.
Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,43% ke level 29.520,90, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,22% ke 25.099,67, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,91% ke 6.493,275.
China berpotensi menghadapi 'stagflasi', sebuah momen ketika perekonomian secara bersamaan mengalami aktivitas stagnan dan kenaikan inflasi.
Pada September 2021, inflasi China dari sisi harga produsen (PPI) mencapai 10,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ini adalah rekor tertinggi sejak 1996. Tekanan inflasi tersebut terjadi di tengah perlambatan aktivitas manufaktur sebagaimana terlihat dari Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI).
Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan PMI manufaktur periode Oktober 2021 adalah 49,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,6 sekaligus jadi yang terendah sejak Februari 2020.
Di lain sisi, otoritas komoditas China melaporkan akan melepaskan cadangan bensin dan solar untuk meningkatkan pasokan pasar dan menstabilkan harga komoditas minyak di China.
Namun untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini berhasil melesat, setelah saham chip kelas berat di Korea Selatan mengekor penguatan indeks Nasdaq di bursa Amerika Serikat (AS) kemarin. Selain itu, dukungan investor terhadap rencana pemerintah untuk mencari inklusi ke dalam indeks pasar maju MSCI juga mendorong indeks saham acuan Negeri Ginseng tersebut.
Saham raksasa chip Korea Selatan, yakni Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing melesat 2,29% dan 0,94%. Sedangkan perusahaan platform messenger Kakao bertambah 1,99%.
Di lain sisi, kementerian keuangan Korea Selatan mengatakan akan membeli kembali sebanyak 2 triliun won obligasi negara, di mana hal ini dilakukan sebagai bagian dari tindakan darurat untuk menstabilkan pasar obligasi lokal.
Sebagian besar investor di Asia cenderung memasang sikap wait and see jelang dimulainya pengurangan pembelian obligasi atau tapering oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang rencananya dilakukan pada pekan ini atau lebih tepatnya di saat pengumuman risalah rapat The Fed pada Rabu (3/11/2021) waktu AS atau Kamis (4/11/2021) dini hari waktu Indonesia.
Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) dimulai pada hari ini, dan diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya di level 0,25%. Bank sentral terkuat di dunia tersebut juga diprediksi mulai mengurangi nilai pembelian aset di pasar secara bertahap dari posisi sekarang US$ 120 miliar/bulan.
Komentar seputar inflasi juga akan dipantau, mengingat indeks harga konsumen (IHK) di AS telah melesat ke level tertingginya dalam 30 tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)