Timah Masih Tak Berdaya Hadapi Kebangkitan Covid-19 di China
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah masih tertekan karena permintaan berpotensi turun akibat kebijakan karantina wilayah (lockdown) oleh pemerintah China di beberapa wilayah.
Pada Selasa (2/11/2021) pukul 15.12 WIB harga timah dunia tercatat US$ 36.815/ton, turun 0,42% dibanding harga penutupan kemarin.
Setelah mengunci kota Eijin di Provinsi Mongolia Dalam dan Lanzhou di Provinsi Ghansu, Kamis (28/10/2021), China mengunci kota Heihe di Provinsi Heilongjiang. Sebanyak 1,6 juta penduduk diperintahkan tinggal di rumah dan dilarang bepergian kecuali mendesak di wilayah yang berbatasan dengan Rusia itu.
"Dalam 14 hari terakhir, 14 wilayah provinsi telah melaporkan kasus baru yang ditularkan secara lokal atau pembawa tanpa gejala," kata juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Mi Feng, dikutip dari Reuters, Senin (1/11/2021). "Wabah masih berkembang pesat, dan situasi pengendalian virus parah dan rumit," tambahnya.
Data NHC per 29 Oktober menunjukkan ada 377 kasus Covid-19 transmisi lokal. Dari 17 Oktober, saat klaster baru grup wisata ditemukan, virus corona sudah menyebar di 14 provinsi, dari sebelumnya 11 provinsi.
Covid-19 yang semakin meluas dan kebijakan karantina wilayah ini menimbulkan kekhawatiran permintaan dari China akan melemah karena melambatnya aktivitas industri yang sudah terjadi di bulan Oktober.
China adalah konsumen timah di dunia dengan konsumsi 216.200 ton pada tahun lalu, melansir Statista. Sehingga gejolak ekonomi negeri panda itu dapat mempengaruhi harga timah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)