Maaf, China! Minyak Tak Bisa Kau Jinakkan Seperti Batu Bara

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 November 2021 07:35
Upacara 100 Tahun Partaoi Komunis Tiongkok
Presiden China Xi Jinping (Li Xueren/Xinhua via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia bergerak naik pada perdagangan pagi hari ini. Jika 'jurus' China ampuh menekan harga batu bara, kali ini aksi pemerintahan Presiden Xi Jinping gagal membendung kenaikan harga si emas hitam.

Pada Selasa (2/11/2021) pukul 06:51 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 84,71/barel. Naik 0,39% dibandingkan sehari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 84,05/barel. Bertambah 0,57%.

Harga minyak masih menjalani tren kenaikan. Dalam. sebulan terakhir, harga brent dan light sweet naik masing-masing 3,95% dan 8,06%.

Seperti halnya batu bara, China juga berupaya agar harga minyak turun. Sebab, China adalah salah satu konsumen minyak terbesar dunia.

Pada 2020, US Energy Information Administration mencatat konsumsi minyak China adalah 13,89 juta barel/hari. China berada di peringkat kedua, hanya lebih sedikit dari Amerika Serikat (AS).

Meski Negeri Paman Sam adalah konsumen minyak terbanyak di Planet Bumi, tetapi produksinya memadai. Tahun lalu, produksi minyak AS mencapai 18,6 juta barel/hari, nomor satu dunia.

Sementara produksi minyak China 'hanya' 4,93 juta barel/hari. Jadi wajar saja kalau China ingin harga minyak turun karena menyangkut kepentingan nasional mereka.

Halaman Selanjutnya --> Soal Minyak, OPEC Lebih Berkuasa

Juga seperti batu bara, langkah China dalam menekan harga minyak adalah dengan melepas stok ke pasar. Namun upaya ini tidak membuahkan hasil karena pasokan masih terbatas.

Berdasarkan survei yang digelar Reuters, produksi minyak negara-negara OPEC belum naik seperti yang diharapkan. Pada Oktober, produksi bertambah 190.000 barel/hari, di bawah kesepakatan tambahan produksi sebanyak 254.000 barel/hari.

"Negara-negara OPEC sepertinya memilih untuk menahan produksi agar tidak melebihi permintaan. Mereka tidak mau mengambil risiko dan 'terbakar'," tegas Louise Dickson, Analis Rystad Energy, seperti dikutip dari Reuters.

Pasokan yang masih terbatas ini yang membuat harga minyak masih bisa naik. Mohon maaf, rasanya 'jurus' China kali ini kurang ampuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular