Xi Jinping Sukses Jinakkan Batu Bara, Harga Ambles 10%!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 November 2021 06:14
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Ilustrasi Tambang Bat Bara (REUTERS/Valentyn Ogirenko)

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga batu bara masih belum lepas dari tren koreksi. Bahkan akhir-akhir ini penurunan harganya begitu parah.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 139/ton. Ambles 10,26% dari posisi akhir pekan lalu sekaligus menjadi yang terendah sejak 12 Juli 2021.

Harga batu bara kini genap turun selama empat hari beruntun. Selama empat hari tersebut, harga si batu hitam ambrol 30,85%. Wow...

Sepertinya 'jurus' China untuk menekan harga batu bara ampuh juga. Ya, pemerintahan Presiden Xi Jinping memang serius dalam upaya meneka harga batu bara.

China memang sangat merasakan dampak lonjakan harga batu bara, yang sejak akhir 2020 (year-to-date) masih membukukan kenaikan 70,03%. Sekitar 60% pembangkit listrik di Negeri Tirai Bambu menggunakan batu bara sebagai sumber energi primer.

Mahalnya harga dan menipisnya pasokan membuat sejumlah wilayah di China terpaksa melakukan pemadaman listrik bergilir. Ini menyebabkan gangguan produksi yang luar biasa dan mengancam prospek pertumbuhan ekonomi Negeri Panda.

"Rata-rata produksi harian telah mencapai lebih dari 11,5 juta ton dalam beberapa hari terakhir sejak pertengahan Oktober. Angkanya adalah 11,7 juta ton," sebut keterangan tertulis Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) dalam keterangan tertulis.

Sementara pasokan baru bara ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kini sudah mencapai 8,32 juta ton. Ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah.

Dengan demikian total stok batu bara di PLTU adalah 106 juta ton, naik lebih dari 28 juta ton dibandingkan posisi akhir September. Stok ini cukup untuk 19 hari. Bahkan NDRC memperkirakan stok batu bara di PLTU bisa di atas 110 juta ton dalam tiga hari ke depan.

China adalah negara konsumen batu bara terbesar dunia. Jadi kalau pasokan di China aman terkendali bin kondusif, maka tidak ada lagi yang patut dikhawatirkan. Dunia usaha tidak perlu membayar mahal untuk membeli batu bara karena pasokannya sudah memadai.

Pasar batu bara China yang mulai stabil membuat harga komoditas ini tidak lagi 'jingkrak-jingkrak'. Harga batu bara sudah kalem.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular