Asing Getol Belanja Saham Mandiri-BRI, Lepas XL-Astra
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup memerah pada perdagangan awal bulan November sekaligus awal pekan ini, Senin (1/11/2021), meskipun sentimen di dalam negeri cenderung positif.
Indeks bursa saham acuan nasional tersebut ditutup melemah 0,58% ke level 6.552,89. Sejak pembukaan perdagangan sesi kedua hari ini, pergerakan IHSG cenderung menurun. Padahal pada sesi I hari ini, IHSG sempat bertahan di zona hijau. IHSG pun tak dapat kembali menembus level psikologisnya di 6.600.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi hari ini kembali turun menjadi Rp 10,6 triliun. Sebanyak 268 saham menguat, 255 saham melemah dan 148 lainnya stagnan. Investor asing tercatat kembali melakukan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 208 miliar di pasar reguler.
Asing tercatat mengoleksi tiga saham bank berkapitalisasi pasar besar (big cap) pada hari ini, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Selain kembali memburu empat saham bank big cap, asing juga mengoleksi kembali saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), saham emiten pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Berikut saham-saham yang dikoleksi oleh investor asing pada hari ini.
Sedangkan dari penjualan bersih, asing tercatat kembali melepas saham startup e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) pada hari ini.
Selain di saham BUKA, asing juga melepas dua saham big cap yakni saham emiten otomotif PT Astra International Tbk (ASII) dan saham telekomunikasi BUMN PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Asing juga melepas saham emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL), saham emiten jasa transportasi dan logistik Grup Triputra PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA), dan saham emiten infrastruktur sumber daya energi PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI).
Adapun saham-saham yang dilepas oleh investor asing pada hari ini adalah:
Koreksi IHSG pada penutupan perdagangan sesi II hari ini terjadi di tengah dua kabar positif yang hadir di dalam negeri.
Pertama adalah berlanjutnya ekspansi sektor manufaktur Indonesia di bulan Oktober. IHS Markit mencatat aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) RI bulan Oktober naik 5 poin ke 57,2. Dengan kenaikan tersebut PMI manufaktur RI berada di level tertingginya dalam 5 tahun terakhir.
Kemudian dari sisi inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) bulan Oktober 2021 mencapai 106,66 atau secara bulanan inflasi naik 0,12%, sedangkan secara tahunan inflasi naik 1,66% lebih tinggi dari perkiraan Bank Indonesia (BI) di angka 1,62%.
Membaiknya sektor manufaktur serta tetap terjaganya inflasi di level rendah menjadi katalis positif untuk pasar keuangan dalam negeri di tengah meningkatnya risiko inflasi global.
Meskipun data aktivitas manufaktur dan inflasi di Indonesia masih oke, namun investor di sesi kedua nyatanya kembali melakukan aksi jual (profit taking) dan membuat IHSG terpaksa berakhir di zona merah.
Investor cenderung merespons negatif dari kontraksinya kembali aktivitas manufaktur China pada periode Oktober 2021.
Biro Statistik Nasional (National Bureau Statistic/NBS) China pada Minggu (31/10/2021) melaporkan data turun ke 49,2 pada Oktober, dari sebelumnya di angka 49,6 pada bulan September. Angka ini juga di bawah konsensus analis sebesar 49,7.
Meskipun versi NBS melambat, namun PMI manufaktur China periode Oktober versi Caixin/Markit terpantau ekspansif ke angka 50,6, dari sebelumnya pada September lalu di angka 50.
Data PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di atas 50 artinya ekspansi, sementara di bawahnya berarti kontraksi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)