
Cuma Muter-muter di 6.500-6.600, Seberapa Kuat IHSG ke 7.000?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bergerak volatil di kisaran 6.500-6.600. Sejumlah sentimen yang campur baur membuat IHSG sulit menembus level tertinggi yang pernah tercatat.
IHSG sempat terlempar ke zona merah di awal perdagangan. Namun indeks berhasil kembali bergerak di jalur apresiasi. IHSG tercatat menyentuh level terendah di 6.585,74 dan tertinggi di 6.618,12 pada perdagangan intraday.
Namun asing terpantau masih memborong saham-saham RI dengan net buy mencapai Rp 125,37 miliar di pasar reguler. Inflow asing juga masih mengalir deras dalam satu bulan terakhir dengan net buy mencapai Rp 19,7 triliun.
Adanya aksi beli oleh investor asing bisa menjadi katalis positif untuk IHSG tembus ke level all time high (ATH) yang pernah tercapai di bulan Februari 2018. Saat itu level penutupan IHSG berada di 6.693,46. Artinya untuk mencapai level tersebut IHSG butuh menguat 1,42% lagi.
Sejatinya penguatan tersebut sangat memungkinkan, apalagi jelang akhir tahun biasanya ada fenomena di mana para manajer investasi melakukan 'permak' portofolio menjadi lebih cantik. Ini jadi salah satu katalis yang bisa menggenjot kinerja IHSG hingga akhir tahun..
Namun ada hal yang harus diingat. Secara musiman dalam 1 dekade terakhir IHSG memiliki peluang koreksi sebesar 80% di bulan November dengan median pelemahan sebesar 0,89%. Indeks yang sudah uptrend cukup kencang satu bulan terakhir juga membuka peluang untuk balik arah alias ambles.
Apabila dilihat secara seasonality IHSG berpeluang turun ke level psikologis 6.500 dan paling rendah ke 6.400 untuk bulan ini. Setelah itu di akhir tahun IHSG cenderung naik dan memecahkan rekor tertingginya menemembus level 6.700 bukan perkara yang sulit.
Namun untuk tembus 7.000 di akhir tahun tampaknya agak susah. Banyak analis memperkirakan level 7.000 baru bisa ditembus tahun depan. Apalagi dengan beberapa katalis positif seperti rencana melantainya perusahaan teknologi decacorn dengan valuasi ditaksir US$ 30 miliar yaitu GoTo tahun depan.
Namun setidaknya untuk tahun ini momentum penguatan IHSG masih bisa didorong oleh beberapa faktor seperti prospek ekonomi yang lebih baik di kuartal IV seiring dengan semakin terkendalinya Covid-19 dan kebijakan pelonggaran aktivitas masyarakat yang dilakukan pemerintah.
Saham-saham yang berpotensi jadi pendorong indeks adalah saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) seperti perbankan, telekomunikasi dan sektor konsumen, mengingat porsi asing dan fund manager di saham-saham tersebut tergolong besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi
