Galak Bener! Kurs Dolar Australia Melesat 3% di Bulan Oktober

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 01/11/2021 11:52 WIB
Foto: Dolar Australia (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat tajam melawan rupiah sepanjang bulan Oktober. Kenaikan harga komoditas, khususnya batu bara membuat dolar Australia sukses menghentikan kemerosotan 5 bulan beruntun.

Melansir data dari Refinitiv, sepanjang bulan Oktober dolar Australia menguat lebih dari 3% ke Rp 10.653,5/AU$. Sementara sebelumnya dalam 5 bulan beruntun, mata uang Negeri Kanguru ini merosot lebih dari 8%. Akibat kenaikan tajam tersebut, kurs dolar Australia kini lebih mahal ketimbang dolar Singapura. 


Harga batu bara, salah satu komoditas ekspor utama Australia meroket di tahun ini. Batu bara acuan Ice Newcastle Australia untuk kontrak 2 bulan ke depan mencatat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa US$ 280/ton pada 5 Oktober lalu.

Sejak akhir 2020 hingga ke rekor tersebut, total harga batu bara meroket lebih dari 240%. Meski demikian, sejak mencapai rekor tersebut, harga batu bara berbalik merosot hingga lebih dari 40%.

Alhasil, sepanjang Oktober harga batu bara tercatat jeblok 28%, menjadi penurunan bulanan pertama setelah melesat dalam 7 bulan beruntun.

Kenaikan batu bara juga membuat neraca perdagangan Australia mencatat surplus tertinggi sepanjang sejarah.

Di bulan Agustus, surplus tercatat sebesar AU$ 15,1 miliar, jauh lebih tinggi dari ekspektasi pelaku pasar AU$ 10 miliar.

"Kenaikan tajam ekspor batu bara dan LNG mampu mengimbangi penurunan tajam ekspor bijih besi," kata Hayden Dimes, ekonom di ANZ, sebagaimana dilansir poundsterlinglive, Senin (18/10).

Bijih besi berkontribusi 21% terhadap total ekspor, sementara batu bara dan LNG masing-masing sebesar 11,5% dan 10%.

Tingginya harga komoditas bahkan membuat fair value dolar Australia melawan dolar Amerika Serikat (AS) melesat ke level tertinggi 7 tahun, berdasarkan model dari bank Westpac.

Selain itu, sentimen positif bagi dolar Australia juga datang dari dibukanya kembali kota terbesar di Australia Sydney, setelah mengalami lockdown hampir selama 4 bulan.
Cafe, tempat olah raga, hingga restoran sudah dibuka kembali, dan menerima pelanggan dengan syarat sudah vaksinasi penuh. Pemerintah Australia kini bertujuan untuk hidup bersama virus corona.

"Saya melihat ini adalah hari kebebasan, ini adalah hari kebebasan," kata perdana menteri Negara Bagian New South Wales, Dominic Perrottet kepada wartawan di ibu kotanya, Sydney, sebagaimana dilansir Reuters.

"Kita memimpin bangsa ini yang berhasil keluar dari pandemi, tetapi sekaligus juga menjadi tantangan," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor