Saat Dolar AS Terpuruk, Ini Pemicu Rupiah Gak Kuat Maksimal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 October 2021 12:38
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (29/10). Meski dolar AS sedang merosot, tetapi rupiah masih sulit menguat tajam, sebabnya pelaku pasar masih menunggu pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pekan depan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,14% ke Rp 14.150/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat pada hari ini, rupiah setelahnya stagnan di Rp 14.170/US$.

Pada pukul 12:00 WIB, rupiah mampu menguat tipis 0,04% ke Rp 14.165/US$ di pasar spot.

Di sisa perdagangan hari ini rupiah masih akan mampu mempertahankan penguatan meski juga tidak besar. Hal tersebut terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.179,00Rp14.168,0
1 BulanRp14.191,50Rp14.201,0
2 BulanRp14.260,00Rp14.249,0
3 BulanRp14.308,00Rp14.297,0
6 BulanRp14.455,00Rp14.444,0
9 BulanRp14.597,00Rp14.586,0
1 TahunRp14.752,00Rp14.741,0
2 TahunRp15.221,00Rp15.296,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Pertumbuhan ekonomi AS yang melambat signifikan membuat indeks dolar AS merosot 0,5% pada perdagangan Kamis waktu setempat. Tetapi perhatian kembali tertuju pada pengumuman kebijakan moneter The Fed pekan depan.

The Fed hampir pasti melakukan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) di tahun ini, dan pengumumannya akan dilakukan pada pekan depan.

Tapering pernah terjadi pada tahun 2013, dan membuat kurs rupiah jeblok. Tetapi saat ini kondisinya berbeda dengan 2013, fundamental Indonesia sudah jauh lebih baik. Meski tetap saja pelaku pasar melakukan aksi wait and see, hingga mendapat kepastian kapan tapering resmi dilakukan dan seberapa besar.

Pasar saat ini melihat tapering paling cepat dilakukan pada pertengahan November dengan nilai US$ 15 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 120 miliar per bulan.

Selain itu, pelaku pasar juga masih menanti rilis data inflasi versi personal consumption expenditure (PCE). Hasil survei Reuters menunjukkan inflasi PCE Inti tumbuh 3,7% year-on-year (YoY) di bulan September, lebih dari dari bulan sebelumnya 3,6% YoY yang merupakan level tertinggi dalam 3 dekade terakhir.

Data tersebut merupakan salah satu acuan utama The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter, dan bisa menentukan seberapa agresif tapering akan dilakukan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular