IPO Mitratel Rp 25 T, Mampukah Investor RI Menyerap?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
Selasa, 26/10/2021 14:25 WIB
Foto: Dok Mitratel

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan menara telekomunikasi Grup Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi alias Mitratel berpotensi meraih dana sebesar Rp 25 triliun dalam penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Mitratel berencana menawarkan sebanyak 25,54 miliar saham atau sebanyak-banyaknya 29,85% dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum.

Berdasarkan prospektus yang dirilis perusahaan, saham ini ditawarkan dengan kisaran harga Rp 775-Rp 975/saham. Dengan demikian, perusahaan akan memperoleh dana senilai Rp 19,79 triliun hingga Rp 24,90 triliun dari penawaran umum ini.


Lantas, bagaimana potensi serapan pasar IPO anak usaha BUMN di sisa kuartal tahun ini?

Research Analyst PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Okie Setya Aridiastama menilai, minat investor baik institusi maupun ritel untuk berpartisipasi dalam penawaran umum ini masih akan tetap tinggi. Target dana yang dihimpun berpotensi melebihi raihan IPO emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebesar Rp 22 triliun. Pasalnya, bisnis menara dalam jangka panjang masih cukup menarik bagi investor.

"Kami melihat masih akan tinggi dari segi peminat, sehingga potensi serapannya dapat maksimal. Bisnis menara masih cukup menarik dalam jangka waktu panjang," ungkap Okie, saat dihubungi CNBC Indonesia, Selasa (26/10/2021).

Meski begitu, dari sisi valuasi harga, bila mengacu pada EV/EBITA proforma pada tahun 2021 sebesar 38 kali, atau berada sedikit di atas rata-rata valuasi emiten menara yang berada pada 25 kali sampai dengan 35 kali, sehingga Mitratel sedikit lebih mahal.

"Kami melihat pasar akan mengapresiasi upaya IPO dari Mitratel meskipun harganya sedikit di atas rata-rata," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menyatakan, minat asing terhadap saham saham Mitratel cukup tinggi. 

"Investor asing relatif memiliki minat yang besar di emiten sektor telekomunikasi, per September 2021 di data kami kepemilikan asing di sektor telekomunikasi mencapai 45,67% . Di emiten operator tower di TBIG dan TOWR asing masing-masing memiliki porsi kepemilikan sebesar 23,3% dan 35,9%. Jadi dengan data tersebut dan tingginya minat beli asing di emiten kita di tahun ini, kami optimis asing punya minat yang besar dalam IPO Mitratel," kata Alfred.

Selain itu, investor institusi lokal seperti Indonesia Investment Authority (INA) juga sudah menyatakan minat menjadi anchors investor dan akan ikut membantu dalam memasarkan.

Saat ini saham perusahaan dipegang PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar 99,99% dan PT Metra Digital Investama 0,01%. Setelah IPO Telkom akan memegang 70,15%, Metra Digital 0,00%, investor publik 29,82% dan ESA 0,03%. ESA adalah Program Kepemilikan Saham Pegawai Perseroan (Employee Stock Allocation).

Manajemen Mitratel menyatakan, dana hasil penawaran umum ini sebanyak 44% akan digunakan untuk belanja modal organik seperti penambahan kolokasi melalui penguatan dan penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, dan ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.

Lalu sebesar 56% akan digunakan untuk belanja modal anorganik, yakni untuk mengakuisisi menara telekomunikasi dari operator telekomunikasi dan akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang bersinergi dengan bisnis penyewaan menara.

Sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja dan kebutuhan lainnya seperti peningkatan sistem teknologi informasi dan penerapan program pengembangan yang berkualitas untuk menara telekomunikasi.

Perusahaan bekerja sama dengan PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dari IPO ini.

Untuk jadwalnya, penawaran awal akan dilaksanakan pada 26 Oktober-4 November 2021 dan ditargetkan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bisa diperoleh pada 12 November 2021.

Masa penawaran umum diperkirakan akan dilaksanakan pada 16-18 November 2021 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditargetkan pada 22 November 2021. 


(hps/hps)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Melantai di Bursa, Merry Riana Bangun Masa Depan Edukasi